17 Juni 2013

Rinduku Tertunaikan

Alhamdulillah. Setelah pada hari-hari pertama tidak sempat mengungkapkan kebahagiaan berjumpa lagi dengan orang-orang yang kucintai, kini aku cukup bisa bernafas lega. Sebab di hari ketiga ini aku bisa mencurahkannya di sini. Dengan perjuangan yang lumayan menguras emosi dan tenaga, akhirnya kujejakkan juga kakiku di tanah Balikpapanku. Jam 04.15 tanggal 15 Juni 2013, tepat 8 jam perjalanan Kutai Barat - Balikpapan dengan menumpang APV milik Saradinda Travel plus diskon harga spesial. Subhanallah banget deh pokoknya. Haru dan senang, sukses mengalahkan penat dan ngantuk yang merasuki seluruh sendi-sendi tubuh. Menatap wajah Ibuku yang teramat sangat kucintai, merasakan kembali hangat senyum, sentuh dan sapanya. Sungguh nikmat Allah yang tidak akan bisa kudustai. Menghirup aroma ketangguhan dari lelaki terindah yang kupanggil Bapak, membuncahkan rindu yang kutahan sejak hampir enam bulan lamanya hanya bisa mendengarkan suaranya. Terlalu berlebihan ya? :D

Siang harinya, dengan perjuangan ekstra pula, aku dapat bertemu dengan Ibu-Ibu hebat dari IIDN Kaltim, Ada Mbak Tri Wahyuni, Mbak Tina, Mbak Nita, Mbak Syafalikah, Mbak Indah, dan yang lainnya. Subhanallah banget deh! Nyasar-nyasar gitu. Bapak yang sudah familiar dengan daerah kediaman Mbak Tina saja, masih tidak bisa meraba keberadaan basecamp-nya Kesha Myi Bento yang menjadi saksi pertemuan IIDN Kaltim. Sempat terbayang, seandainya aku memaksa menggunakan fasilitas angkutan umum untuk menjangkau rumah Mbak Tina. Duh, bisa ngesot deh! :P

Dan... Jadi juga kopdar IIDN Kaltim yang disambi dengan pelatihan Bento yang sangat kekeluargaan. Seneng deh pokoknya! Mau lagi... :D sayang gambarnya silau. Maaf ya, soalnya yang foto Ibu saya. Beliau belum pernah saya ajari potret memotret. hehe



Selanjutnya, hari kedua adalah hari pemenuhan hajat keluarga kecilku. Apalagi kalau bukan menunaikan list barang yang harus didapatkan di Balikpapan. Selain karena selisih harga yang lumayan antara Kutai Barat dan Balikpapan, juga karena ketersediaannya yang membuat aku dan suamiku bersepakat membeli barang tersebut di Balikpapan. Dan hey... Kacamata baruuuu!! Gadget baruuuu!! :P Entahlah nanti pulang ke Kutai Barat, bagaimana nasibnya. Isi kantong, isi ATM, semua sama. TERKURAS! 

Bayangkan saja, menemukan harga barang yang jauh lebih murah dibandingkan yang biasa kami beli itu rasanya WOW banget. Serasa banyak duit banget deh. Comot ini comot itu. Ya Allah, lucu deh pokoknya. Berasa banget "baru keluar dari hutan". Habis, Melak Kutai Barat itu bagiku "metropolitan" banget. Nggak ada barang murah. Jadi ya, gini deh imbasnya.

Well, tulisan ini hanya sekedar curhatanku saja. Bukan bermaksud apapun. ^^ So, sama-sama berdo'a ya, semoga segala yang kutunaikan di Balikpapanku, mendapatkan ridho dari-Nya. Aamiiin.



11 Juni 2013

Jangan Main-Main dengan Pak Po, Ya...

Bapakku adalah seorang yang sangat disiplin dan taat terhadap aturan pemerintah. Apalagi yang berhubungan dengan lalu lintas. Baik itu mengenai safety riding, kelengkapan surat-surat perjalanan, hingga rambu-rambu lalu lintas. Kesadaran akan pentingnya mematuhi tata tertib lalu lintas ini dilakukan Bapakku sekalipun beliau bukan berprofesi sebagai polisi. Hanya seorang karyawan biasa. Mungkin karena faktor pekerjaan yang menuntut beliau untuk memperhatikan keselamatan kerja, yang kemudian berimbas pada kehidupan sehari-harinya. 

Setiap sebelum mulai berkendara, beliau selalu memastikan kelengkapan kendaraan. Baik yang terpasang pada kendaraan, maupun yang berbentuk surat-surat. Entah itu SIM, STNK, KTP, apapun yang sekiranya berhubungan dengan dokumentasi kelengkapan perjalanan. Sekalipun jarak yang ditempuh hanya sebatas rumah dan pasar. Selain itu, safety ridingnya juga sangat beliau perhatikan. Helm full face, jaket kulit, sarung tangan, atau jika mengendarai kendaraan roda empat, safety belt tak pernah beliau anggurkan begitu saja. 

Wajar saja kemudian beliau menerapkan hal serupa pada aku dan kakak-kakakku. Menurut beliau, lebih baik tidak usah jalan ketimbang tidak melengkapi kelengkapan perjalanan. Antisipasi saja, sebelum kejadian yang tidak diinginkan benar-benar terjadi. Menurut beliau, malu karena kedapatan kena tilang polisi karena melanggar tata tertib lalu lintas itu lebih malu dibandingkan berjalan kaki tanpa alas. *heh, nyambung tidak ya?

Bahkan sekalipun belum bisa berkendara, kakak-kakakku sudah mengurus SIM terlebih dahulu. Jadi nanti kalau sudah bisa berkendara, atau masih dalam tahap belajarpun sudah tidak ilegal, bukan? Nah, kejadian ini nyatanya sudah mendarah daging pada diriku dan kakak-kakakku. Semenjak kakakku yang nomer 4 bisa berkendara dan memiliki SIM, rasanya kami senang bukan kepalang jika bertemu dengan polisi yang sedang berpatroli mememeriksa kelengkapan surat-surat para pengendara yang melintas pada suatu jalan. Kami bahkan mondar-mandir sampai 2 hingga 3 kali untuk melakukan pemeriksaan. Sekedar iseng sih, dan memanas-manasi para pengendara yang sembunyi karena tidak berani bertatap muka dengan para polisi-polisi itu. Apalagi mereka memang dalam keadaan tidak memiliki surat-surat yang lengkap. Bahkan ada yang spionnya hanya satu, ada yang tidak memasang plat, ada yang tidak memakai helm. Ya, hasilnya mereka berbalik arah dan tidak melanjutkan perjalanan, atau bahkan berpura-pura berbelanja di warung sekitar tempat razia guna menghindari sergapan Pak Polisi. Menurut mereka, dari pada uang melayang, lebih baik kucing-kucingan.

Yang paling kuingat, dari setiap kali perburuan "razia" yang aku dan kakakku lewati, suatu kali ketika seorang polisi mendapati kami berkali-kali lalu lalang melewati pemeriksaan. Dengan gemas polisi itu berkata, "Dek, kalau surat-suratnya sudah lengkap, nggak usah periksa berulang-ulang ya." Dengan tatapan yang sangat jelas bisa dibaca bahwa sebenarnya mungkin Pak Polisi itu ingin berkata, "Kalau sekali lagi lewat, dapat hadiah tilang juga nih Dek." *karena disinyalir mempermainkan tugas Polisi, dong. ^^

Setelah itu, kapok deh main-main sama Pak Po. :)

Tulisan ini diikutkan dalam GA "5 Tahun Merantau"

8 Juni 2013

Kenapa Harus Belanja Online?

gambar dari sini
Mengenal dunia online mungkin sudah saya mulai sejak saya di bangku SMK ya... tapi untuk benar-benar menyelam di dalamnya, mungkin baru sekitar 5 tahunan ini. Awalnya hanya memanfaatkan sosial network dan browsing. Chatting juga sih... buat nambah teman. Tapi semakin lama semakin banyak dapat informasi, semakin banyak pula yang saya manfaatkan dari fasilitas online. Salah satunya belanja online.

Jujur saya ini tipe orang yang nggak suka ribet untuk ngubek-ngubek barang di Mall atau di pusat-pusat perbelanjaan. Kalau memang butuh sesuatu, mau beli baju atau sepatu, suka tengsin duluan kalau diliatin sama pramuniaganya. Hasilnya? Asal comot deh, sampai di rumah baru nyesal kenapa nggak milih bener-bener. Duh! Masalah banget buat saya. Masih mending kalau pilih makanan, dalam hal ini saya agak lebih pinter dibandingin memilih barang-barang lainnya. 

Pernah suatu kali, saya jalan-jalan sendirian di sebuah pusat perbelanjaan di kota Balikpapan. Rencananya sih mau beli baju dan sedikit pemoles wajah (habis gajian ceritanya). Eh, yang mau dibeli apa, yang terbeli apa juga. Nggak sesuai deh pokoknya. Gara-gara ciut ngeliat Mbak-mbak yang jualan mukanya dilipat seribu. Dikira saya nggak bisa bayar kali ya,, (Astaghfirullah, suudzhon ini ya) Ah, pokoknya ribet deh saya nih. Makanya alternatif kalau mau belanja harus ngajak teman yang sudah ahli dalam hal ini. Biasanya sih minta temanin Mbak Eryn tersayang buat pilih-pilih. Kalau ada temannya tuh, agak sedikit berani saya.

Tibalah saatnya saya membutuhkan softlense untuk menggantikan kacamata untuk sekali waktu ketika hidung saya mulai letih dibebani oleh mata tambahan saya itu. Cari di optik, malu! Soalnya nggak punya banyak budget. Apalagi teman-teman pada bilang kalau softlense di optik itu harganya mahal. Nah salah satu teman menyarankan belanja softlense online di www.softlensbotique.com. Selain murah, juga ada gratis ongkos kirim ke seluruh wilayah di Indonesia. Modelnya juga keren-keren. Dan yang pasti saya nggak perlu terlihat rikuh untuk pilih-pilih model yang sesuai. Tinggal sebutin kode produk yang diinginkan, transfer sejumlah uang untuk pembayaran, dan beberapa hari kemudian si softlense mendarat dengan selamat. Mudah banget ya! 

Memang sih, banyak cerita-cerita miring tentang belanja online yang kadang merugikan para konsumen. tapi jangan salah, para penjual online juga sering tuh kena tipu para konsumen abal-abalnya. Jangankan online di offline aja bisa terjadi kejadian serupa. Tapi Alhamdulillah sih, saya cukup bisa menilai mana online shop abal-abal dan mana yang bisa dipercaya. Kalau toh memang sudah waktunya kena tipu, berarti sedang diajarkan ilmu ikhlas sama Allah. Tapi mudahan nggak deh :)

Setelah kesuksesan belanja online yang pertamakalinya itu, saya mulai merasa nyaman dan ketagihan. Beberapa baju sudah saya pakai dengan cara online. Hasilnya cukup memuaskan. Sesuai dengan gambar. Memang beberapa diantaranya adalah online shop milik pribadi di jejaring sosial yang sudah saya kenal pemiliknya. Tapi ada juga yang saya beli dari http://gaunbatik.net/. Pelayanannya baik, ramah dan bisa dipercaya. Bahkan bisa di nego kalau keuangan lagi macet dan mau jadi reseller. Apalagi sekarang sudah banyak Bank yang menyediakan fasilitas e-banking. Jadi belanjanya tinggal duduk diam di depan notebook. Nggak usah panas-panasan, ribet pilih-pilih barang, diliatin pula sama penjualnya. Hehe. Suami pernah nanya kenapa saya lebih suka belanja online ketimbang belanja langsung ke toko. Saya bilang kenapa harus ribet kalau bisa simpel. Memang sih dalam akad jual beli harus tau persis dulu barang yang mau di beli. Dan harus pasti dulu barangnya ada. Lebih baik memang membeli barang yang sudah nampak wujudnya di depan mata. Tapi kalau si penjual online insya Allah bisa dipercaya bahwa barang yang difoto itu benar-benar dalam kondisi baik dan stoknya ada, kenapa tidak? Lagipula bagi saya pribadi, kalau memang toh ada hal buruk yang disengajakan oleh pihak penjual, dosanya kan mereka yang tanggung. :D

Tapi ya, biasanya yang bikin malas belanja online itu kalau kepentok ongkos kirim. Untuk daerah Kalimantan Timur agak pedalaman seperti domisili saya sekarang di Kutai Barat, ongkos kirimnya hampir sama dengan jumlah pembelanjaan. Bangkrut je! Tapi tetep nggak buat saya kapok kok belanja online. Pilih-pilih juga sih yang kira-kira sebanding sama ongkos kirimnya. Habisnya, daripada sampai di pasar malah ngeblank mau belanja apa... mendingan belanja online aja lebih simpel. Heheh.

Do'a saya sih, semoga para pemilik toko online pada bisa menjaga kepercayaan para konsumennya. Begitu juga sebaliknya. :D


7 Juni 2013

Senandung Muhasabah Diri pada Ibu

Odei Anak
by: Raihan

Hai anak nokeiloh ko idaah
Nosusah moti yamamu megentian dika
Odei anak nokeiloh ko idaah
Nosusah tomod yamamu minaganak dika

Namun kelahiranmu adalah penghibur hati
Dibelai dan dimanja setiap hari
Di malam hari tidur tak berwaktu
Tapi tak mengapa kerana kau disayangi

Wahai anak apakah kau mengerti
Betapa deritanya ibu yang mengandung
Aduhai anak apakah engkau tahu
Alangkah deritanya ibu melahirkanmu

Hari-hari sudah pun berlalu
Usiamu makin bertambah
Seorang ibu sudah semakin tua
Namun terus berkorban untuk sesuap rezeki
Agar sempurna hari depanmu

Kini kau dewasa ibumu telah pergi
Waktu yang berlalu seakan memanggil
Sudahkah kau curahkan kasih sayangmu
Apakah terbalas segala jasanya
Surga itu di bawah tapak kakinya

Hanyalah anak-anak yang sholeh
Bisa memberikan kasih sayangnya
Hanyalah anak-anak yang sholeh
Bisa mendoakan hari akhiratmu


*Selalu menitikkan airmata mendengar lantunan syahdu ini... :(
Rindu ibu selalu!!
I'll do my best, Mom!

http://www.youtube.com/watch?v=Ct9awJgxifU




6 Juni 2013

Gaya Belajar Si Visual


Melanjutkan perbincangan tentang gaya belajar seseorang. Kali ini saya mencoba membahas tentang gaya belajar tipe Visual. Tipe belajar jenis ini tremasuk tipe belajar dimana banyak sekali orang yang termasuk dalam tipe ini.

Seperti namanya, orang dengan gaya belajar jenis ini akan lebih memaksimalkan indra penglihatannya untuk menangkap suatu informasi. Ia akan lebih fokus terhadap cara pengerjaan sesuatu, dan segala hal yang terjadi pada sesuatu dengan melihatnya sendiri. Ia akan senang memperhatikan gaya guru atau oranglain menerangkan sesuatu. Ia fokus terhadap mimik wajah, ekspresi, dan bahasa tubuh orang lain secara langsung tanpa penghalang apapun.

Orang dengan tipe visual ini akan nyaman jika berada pada deretan paling depan ketika berada di kelas, seminar atau acara apapun. Atau berada pada posisi yang membuatnya bebas memperhatikan nara sumber agar apa yang disampaikan oleh nara sumber tersebut cepat diterima oleh otaknya. Diperkirakan bahwa hampir 60% dari populasi manusia di dunia memiliki gaya belajar visual ini.

Karakteristik yang sangat nampak dan mudah dideteksi dari pembelajar visual ini adalah kecintaannya pada buku, majalah dan apapun yang bisa dibacanya. Baik berupa tulisan, angka dan juga gambar. Si Visual juga memiliki ingatan fotografis yang baik dimana ia juga bisa mengingat sumber informasi yang didapatkannya. Si Visual juga menyukai tempat-tempat sepi atau tenang untuk proses penyerapan informasinya. Sikap dan gayanya juga terkesan rapi dan teratur serta agak sulit menerima informasi dari lisan.

Sehingga, untuk mempermudah pembelajaran bagi si Visual, tempatkanlah ia pada barisan pertama yang membuatnya mudah berkonsentrasi dengan sumber materi. Diskusi dua arah dengannya haruslah melibatkan tulisan yang membuat informasi yang masuk ke otaknya searah dengan gaya belajarnya. Gunakan fasilitas video atau film serta gambar untuk melekatkan suatu informasi di ingatannya. Pergunakan pula penegasan dengan ilustrasi untuk mengingat hal-hal penting dan poin yang sulit dimengerti.

Semoga bermanfaat... ^^

2 Juni 2013

Gaya Belajar Si Auditory

Setiap orang memiliki gaya belajar masing-masing yang mungkin serupa tapi pada dasarnya tak sama. Ada gaya belajar kinestetik, visual, dan auditory. Masing-masing dari gaya tersebut, memiliki caranya sendiri. Pun memiliki metode untuk pencapaian tujuan belajar yang perlu diperhatikan. Seseorang yang sedianya bergaya belajar kinestetik, tidak akan berhasil jika dipaksa menggunakan metode belajar yang seharusnya digunakan untuk gaya belajar kinestetik. Begitupun dengan gaya belajar yang lainnya.

Gaya belajar ini sendiri tidak melulunya harus diterapkan pada anak. Orang dewasapun bahkan sedianya bisa mempraktekkannya. Paling tidak untuk dirinya sendiri dan orang-orang di sekelilingnya. Sebab belajar tak hanya sekedar porsi untuk duduk tenang di ruang kelas dan di bangku sekolah. Tapi belajar yang dimaksudkan juga dalam makna yang luas. 

Yang ingin saya bahas pertama kali adalah gaya belajar auditory. Seperti namanya, jelas kita langsung bisa menebak bahwa gaya belajar jenis ini memaksimalkan penggunaan audio untuk media pembelajaran. Audio disinipun tidak melulu berkutat pada lagu, dan musik. Sepertimana yang tenar di pergunakan orang. Sambil belajar, sambil mendengarkan musik. Sambil menulis, sambil mendengarkan musik klasik. Memang bisa jadi seperti itu. Dan hal itu juga menjadi salah satu ciri cara belajar jenis ini. Tapi tidak semua orang yang bergaya belajar auditory akan melakukan hal yang sama. Sebab banyak hal yang berhubungan dengan pendengaran: Audio.

Orang yang bergaya belajar auditori menggunakan dan membutuhkan gaya bahasa yang efektif untuk menggambarkan suatu hal. Sebab itu yang memudahkannya untuk mencerna informasi dan hal tersebut. Fokusnya adalah pada perkataan dan suara. Kebanyakan orang yang bergaya belajar auditory ini tidak "berminat" melihat kepada si pembicara atau lawan bicaranya. Sebab yang difokuskannya adalah suara dan perkataan orang tersebut.

Untuk orang dengan gaya belajar seperti ini, yang perlu digaris bawahi adalah nada suara, tinggi rendahnya nada bicara, kecepatan bicara, intonasi dan segala hal yang berhubungan dengan penekanan-penekanan suara. Sehingga jika Anda, Anak-anak Anda, dan siapapun yang bergaya belajar seperti ini, untuk menekankan suatu hal agar cepat ditangkap oleh otaknya, harus menggunakan penekanan-penekanan tertentu. Sebab jika datar saja dan bahkan lebih mengutamakan ekspresi wajah, tentu hanya akan menjadi angin lalu bagi mereka. 

Bahkan informasi yang tertulispun tidak akan terlalu menarik minta mereka sampai informasi tersebut disuarakan hingga mereka mendengarnya. Tak heran, jika orang yang memiliki gaya belajar auditory ini akan mudah lupa dengan nama seseorang yang dikirim lewat sms ketimbang orang yang berkenalan langsung dengannya dan mengucapkan langsung namanya. 

Tips untuk Anda yang berhubungan dengan orang auditory ini, jika ada hal-hal penting, utamakan untuk menggunakan sambungan telepon. Jangan menggunakan sms, apalagi surat. Bisa-bisa informasi yang disampaikan, menguar begitu saja tanpa jejak. 

^^