25 September 2013

Tanpa Kita

“Masih suka ngintip statusnya Rea, Dan?”
Aku mengangkat bahu. Setiap kali waktu longgarku, rutinitas yang hampir selalu kulakoni adalah meraih ponsel. Membuka 3 media sosial sekaligus. Hanya mencari satu nama yang sudah terpatri jelas dalam ingatan dan hatiku. Bahkan tanpa kukomandopun, tanganku sudah reflex bergerak mengetikkan namanya.
“Pengen tau aja, kok!” sahutku tajam.
“Pamali, Dan. Rea sudah nikah! Jangan gila kamu.”
Aku melemparkan ponselku ke sofa. Ari memang sudah mengetahui semuanya. Sejak dulu, Ari yang tau pasti keadaanku dan Rea.  
“Kamu bodoh! Kalau memang sedalam itu, kenapa nggak dikejar? Malah dibiarin aja disambet orang.”
Aku menghela nafas panjang. Aku bodoh! Memang. Aku mengakuinya dengan segenap jiwa dan perasaanku. Tapi aku tidak menyesal. Apa yang bisa dibanggakan Rea dari seorang pesakitan sepertiku? Melindungi dirik sendiri dari penyakit saja aku tak sanggup. Jangankan menjaganya, membahagiakannyapun bahkan aku tak kuasa.
“Penyakit itu dilawan Dan!”
Aku kembali mengangkat bahu. Untuk bisa tetap bekerja saja, sudah menjadi mukjizat buatku. Bagaimana jika bersama Rea? Mungkin semuanya akan terasa sempurna.
***
Kling… kling…
Nada pemberitahuan ponselku berbunyi nyaring. Salah satu media sosial mengabarkan kepadaku aktifitas terbaru dari akun milik Rea. Status yang sendu.
Sudah berusaha tapi nggak bisa! Aku terlalu lemah.
Rasanya jariku terlalu lincah untuk bisa kutahan laju gerakannya. Dalam sekejap, sebuah pesan singkat terkirim ke akun Rea.
Kamu kenapa Re?
Aku rasa, sekalipun singkat, kalimat itu bermakna dalam di hati Rea. Wanita impian yang telah mengisi hatiku sejak tujuh tahun lalu. Aku bahkan tak menyangka ia membalas pesanku, yang bahkan membuatku sumringah sekalipun belum membaca isinya.
Nggak apa Dan. Sedikit privasi.

Aku bertahan sejenak. Kali ini benar-benar bertekad untuk tidak membalas. Kita sudah bukan lagi kita. Kita dulu kini telah berubah menjadi aku dan kamu. Sekalipun begitu, semoga kau izinkan aku untuk tetap menatap ke arahmu. Hingga kelak aku yakin, aku dan kamu bisa bahagia bernafas tanpa kita. 

Tak Terkenang

“Mungkin Abang memang nggak tau, atau mungkin nggak mau tau gimana perasaan Neng selama ini sama Abang.  Tapi Neng selama ini merasa benar-benar bodoh. Dengan rela hati ditarik ulur semaunya Abang. Setahun Abang hilang begitu saja! Neng coba membuka hati pada orang lain yang mungkin bisa menyembuhkan rasa sakit hati Neng. Setelah Neng mulai bisa melupakan Abang, Abang malah datang lagi memberi apa yang Neng harapkan. Ini nggak hanya terjadi sekali, Bang! Berkali-kali.”
Tekadku bulat. Semua yang menyiksa batin ini harus kuungkapkan. Aku tidak ingin bayangan ini menghantui hingga masa nanti. Aku benar-benar ingin berhenti.
“Abang minta maaf Neng. Abang nggak menyangka kalau ternyata sikap Abang sudah membuat Neng susah.”
Bukan!! Bukan maafmu yang kutunggu.Bukan kata-kata itu yang ingin kudengar.
“Abang nggak salah. Yang salah itu Neng karena terlalu banyak berharap sama Abang. Abang kayak gitu ke semua perempuan, kan? Nggak hanya sama Neng, kan?”
“Neng… Abang sayang sama Neng. Tapi Abang sadar diri kalau Abang nggak pantas jadi pendamping Neng.”
Aku menghembuskan nafasku kasar. Mencoba memperkuat pertahanan agar tak goyah diterpa badai yang menyesakkan dadaku. Sekuat tenaga kutahan lahar panas yang siap terjun dari mataku. Begitu banyak kata yang ingin kusampaikan padanya. Tanya yang tak pernah terjawabpun sudah antri untuk segera terlontar.
“Apa itu alasan kenapa Abang boleh datang dan pergi sesuka hati Abang?”
Diam. Hening. Hanya derasnya hembusan angin pantai yang menyibak pashmina unguku, yang mengambil alih perannya.
“Abang akan kembali Neng. Abang sudah berjanji pada diri Abang sendiri untuk menjemput Neng. Abang sedang mempersiapkan semuanya untuk Neng. Agar Abang layak bersanding sebagai pemimpin Neng.”
“Kenapa baru sekarang Abang buka suara? Kemarin-kemarin Abang ke mana saja? Abang fikir gampang menjaga hati pada orang yang bahkan nggak pernah ngasih kepastian apa-apa? Neng sudah seperti pesakitan karena Abang. Begitu banyak kesia-siaan yang Neng lakukan demi menunggu sesuatu yang nggak pasti. Banyak hati yang Neng sakiti tanpa sebab yang pasti. Dan Abang masih bisa tenang saja kembali lagi tanpa beban.”
“Abang terlalu sibuk dengan dunia Abang sendiri Neng. Dunia yang Abang bangun atas dasar ingin membahagiakan Neng di kemudian hari. Sedikit lagi Neng. Semua sudah siap. Tinggal sedikit lagi. Sesegera mungkin Abang jemput Neng.”
Aku menggeleng lemah. Sembari mencurahkan sesak yang sudah berhambur membasahi wajahku. Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar untuk bertahan pada kesia-siaan. Tinggal selangkah menuju impian, bukan suatu hal yang mudah untuk melupakan.
***
Kupandang lelaki penuh cinta dan kasih sayang tulus yang duduk di hadapanku. Memangku anak lelaki kecil yang tampan sepertinya. Dua lelaki yang teramat sangat kucintai. Ia yang berhasil membuatku berani membuka mata untuk dunia yang belum pernah kutatap sebelumnya. Keteguhannya membuatku tak pernah menyesal memilihnya menjadi masa depan. Ia yang menggenggam jemariku untuk tidak kembali ke masa lalu. Sekalipun masa lalu itu, kini duduk bersama dengan kami. Ia masih sendiri, bersama masa lalu yang ia kekalkan sendiri. Masa lalu yang tak ingin kujamah lagi.
“Rasanya dulu kita pernah makan satu meja juga ya, Neng?” tanyanya.
Suamiku tertawa renyah. Tak ada kesan negatif dalam tuturnya, “Tapi dulu belum ada saya dan Arkam ya, Bang!”

Ya, kita memang mungkin akan berada pada dejavu masa lalu. Tapi kita tidak akan kembali. 

16 September 2013

Info Kirim Naskah Ke Penerbit Salamadani

Ayo menjadi penulis best-seller bersama penerbit Grafindo-Salamadani!
Ingin jadi penulis terkenal? Atau punya naskah keren yang beda dari yang lain, tetapi bingung mau dikirimkan ke mana? Tidak usah bingung, ayo terbitkan naskah Anda di Grafindo-Salamadani.
Kami akan mendukung langkah Anda untuk menjadi penulis profesional! Sebelum Anda mengirim naskah ke Grafindo-Salamadani, cari tahu dulu persyaratannya.
Kami punya empat kategori naskah yang bisa Anda kirimkan. Baca syarat dan ketentuannya di bawah ini.
Syarat Umum:
  • Tulisan utuh/padu.
  • Orisinal dan belum pernah diterbitkan.
  • Lebih disukai naskah lengkap, bukan berupa sampel.
  • Memiliki nilai komersial.
  • Diketik menggunakan program microsoft office word atau open office
(Kertas A4; spasi 1,5; Times News Roman 12; masing-masing margin 1”)
  • Tema naskah bebas, selama tidak menyinggung SARA dan vulgar.
  • Naskah sebaiknya sudah dijilid agar tidak tercecer selama dibaca oleh tim redaksi.
Kategori Naskah
  1. Anak dan Remaja
  • Panjang naskah novel anak 100-150 halaman (boleh lebih, asal tidak berlebihan)
  • Panjang naskah novel remaja 150-200 halaman (boleh lebih, asal tidak berlebihan)
  • Sertakan contoh ilustrasi(untuk naskah yang ilustrasinya dari penulis) atau petunjuk ilustrasi (untuk naskah yang ilustrasinya dari penerbit).
Adapun jenis naskah yang dicari adalah:
- Novel Anak
- Novel Remaja
- Komik
- Nonfiksi Anak/Remaja
- Agama Islam
- Picture book
- dll
  1. Fiksi
  • Panjang naskah 200-250 halaman (boleh lebih, asal tidak berlebihan)
  • Tema naskah bebas, selama tidak menyinggung SARA dan vulgar.
  • Naskah sebaiknya sudah dijilid agar tidak tercecer selama dibaca oleh tim redaksi.
Adapun jenis naskah yang dicari adalah:
- Novel
- Komik
- Memoar
- Humor
- dll
  1. Non Fiksi
  • Panjang naskah 200-250 halaman (boleh lebih, asal tidak berlebihan)
Adapun kategori naskah yang dicari:
- Pengembangan diri (self improvement)
How to
- Politik/Sejarah
- Hukum
- Kumpulan Esai
Traveling
- Psikologi
- Tema Aktual
- Hobi
- Biografi
- Bisnis/Manajemen
Parenting
- Pengetahuan populer
- dll
  1. Agama Islam
  • Panjang naskah 200-250 halaman (boleh lebih, asal tidak berlebihan)
Adapun kategori naskah yang dicari:
- Fiqih
- Aqidah
- Dakwah
- Komik
- dll
Sebelum mengirimkan naskah Anda, jangan lupa untuk menyertakan formulir pengiriman naskah yang bisa diunduh DI SINI
Cantumkan kategori naskah di sudut kiri atas amplop, Fiksi/Nonfiksi/Anak-Remaja/Agama Islam untuk memudahkan proses seleksi/pengkategorian.
Kirimkan naskah dalam bentuk print out yang sudah dijilid rapi. Sertakan sinopsis lengkap dan formulir pengiriman naskah ke:
REDAKSI GRAFINDO-SALAMADANI
Jl. Pasirwangi No. 1 Soekarno-Hatta
Bandung 40254
Anda juga bisa mengirimkan naskah Anda melaui email. Cantumkan kategori naskah pada subjek email, lalu kirim naskah Anda beserta sinopsis lengkap dan formulir pengiriman naskah ke teguh.hudaya@grafindo.co.id .
Setiap naskah akan diproses langsung oleh redaksi. Waktu yang diperlukan sekitar 1-3 bulan, mengingat banyaknya naskah masuk setiap harinya. Ingat, kami tidak memungut bayaran apa pun dari penulis yang ingin menerbitkan naskahnya.
Terus berkarya! 
- See more at: http://www.grafindo.co.id/grafindo/index.php?option=com_content&view=article&id=71&Itemid=195#sthash.u9mSch9a.dpuf