21 Juli 2013

Ramadhan Kali Ini...

993315_537238986313389_1092090436_nRamadhan, dua tahun ini. Adalah momen yang menyimpan berjuta cerita penuh warna. Perjalanan hijrah yang menuai beragam jenis perjuangan. Sebelumnya, Ramadhanku selalu terisi oleh hal-hal yang berada pada lingkupku saja. Hal-hal yang kusenangi saja. Tidak pernah terfikir untuk mengisinya dengan bentuk kehidupan yang lainnya. Setelah menikah, semua berubah. Aku belajar untuk menjadi lebih matang bersama suamiku. Kami menikah di usia muda menurut banyak orang. Dan hal itu yang membuat kami belajar bahwa menjadi dewasa bersama, juga tak kalah indah dari yang menyatu setelah dewasa. Aku belajar menjadi ibu, menjadi istri, menjadi kawan dan juga menjadi rekan bagi suami dan anakku. Hari-hari yang sebelumnya tak pernah kumengerti kecuali ketika kuhadapi sendiri. Begitu juga dengan Ramadhan kali ini. 

Jika Ramadhan tahun lalu Aku masih berusaha beradaptasi dengan karier baruku sebagai seorang ibu, maka Ramadhan tahun ini 'agak' lebih bisa survive dengan usia Aqilah yang sudah menginjak bulan ke-14nya. Aktifitasku juga tidak hanya dalam lingkup rumah, tapi juga lingkup lingkunganku. Diamanahkan menjadi salah satu pengasuh di Ma'had Hidayatullah, kembali menjadi warna di kehidupanku. Terlebih lagi ketika Ramadhan tiba. Jika sebelumnya, selama sebelas bulan dalam satu tahun suamiku lebih banyak stay di rumah karena juga menjadi salah satu pengasuh Ma'had. Paling hanya sekali waktu bertugas mengisi ta'lim dan khutbah jum'at di luar Ma'had seperti di beberapa perusahaan dan Masjid di wilayah Kutai Barat hingga perbatasan Kalimantan Timur dan Tengah. Itupun hanya dalam hitungan jam dan tidak menginap. Ketika Ramadhan tiba, otomatis permintaan untuk mengisi ta'lim, imam tarawih dan kegiatan da'wah lainnya, menjadi meningkat dan menyita banyak waktu. Lebih dari 15 hari terjadwal untuk menginap di tempat tugasnya, dan beberapa hari diantar jemput. Otomatis, hal tersebut juga membawa pengaruh untukku dan Aqilah yang tidak terbiasa ditinggal lama olehnya. 

Dan jadilah, kegiatanku tanpa suami di sisi, menjadi warna tersendiri yang rasanya 'gado-gado'. Aqilah sakit, Aku sendiri juga sakit karena sedikit letih menyikapi kerewelan Aqilah. Tapi memang, berkah Ramadhan itu indah. Di hari-hari lain memang suamiku selalu ada di dekatku, di bulan Ramadhan saja kami berjauhan. Sebaliknya, saudara-saudara seiman dari berbagai kalangan yang sangat sulit dijamah pada bulan selain Ramadhan, malah erat berjabat dan peluk pada bulan Ramadhan. Mulai dari pejabat hingga masyarakat yang dekat. Mereka yang bahkan harus 'dikejar-kejar' untuk bisa ditemui di luar bulan Ramadhan, kini malah mendatangi kami dengan tangan terbuka lebar. Membawa tanda cinta dan kepeduliannya kepada anak-anak penerus generasi bangsa yang kami asuh. Mereka yang sebenarnya ingin kami kenali, malah terbuka untuk mengenal kami. Canda tawa dan kebersamaan yang terjalin tanpa mengenal kasta, tahta dan strata. Hanya satu kata yakni bersaudara lillaahi ta'aala

Dari Ramadhan yang lalu, hingga Ramadhan yang baru berlangsung di tahun ini. Dua Ramadhan yang kulewatkan tanpa kehadiran keluarga yang sejak lahirku menemani. Namun Allah mengganti kerinduanku itu dengan keluarga baru yang bahkan jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan keluarga kandungku. Disamping santri-santri yang sholih dan sholihah yang senantiasa mengajarkanku dan mengajakku untuk selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Yang keluar dari lisan mereka bukanlah seperti apa bentuk 'baju baru' yang akan digunakan untuk hari raya seperti kebanyakan remaja seusia mereka. Atau apa 'menu' berbuka puasa serta di mana acara buka bersamanya. Bagi santri-santri asuhku, tiap hari pertanyaan yang terlontar tak lain adalah: Berapa banyak halaman Al-Qur'an yang telah berhasil ditartilkan? Berapa banyak hafalan ayat Al-Qur'an yang berhasil diulang? Sebab setiap hari di Ramadhan adalah hari-hari pengejaran target menuju satu cita-cita mulia. Yakni menjadi hamba yang bertaqwa. Aaaamiin!

Saudara-saudara baru kami itu datang dengan membawa senyum dan rasa kekeluargaan mereka, berbagi rezeki yang mereka kumpulkan selama sebelas bulan lamanya. Melaksanakan ifthar jama'i atau berbuka puasa bersama, shalat Maghrib berjama'ah, bertegur sapa, bertukar cerita tentang latar belakang masing-masing. Indah sekali rasanya. Hangat dan bersahabat! Melihat senyum bahagia di wajah para santri atas perhatian yang sekalipun hanya mereka dapatkan pada Ramadhan, rasanya Aku terharu. Ketika Ramadhan tiba dan hasrat ingin berkumpul bersama keluarga tidak dapat ditunaikan karena berusaha untuk mempergiat ibadah, Allah menggantinya dengan jenis kebahagiaan yang lainnya. Yang mungkin tidak akan didapatkan ketika kami berada bersama keluarga. 

Sungguh, kedatangan Ramadhan memang selalu dirindukan. Bulan yang istimewa, pengisi kekuatan rohani untuk melanjutkan kehidupan di tahun selanjutnya. Silatul ukhuwah, berbagi kebahagiaan, berbagi kasih, berlomba-lomba dalam kebaikan, saling meningkatkan kadar keimanan, semua rutinitas khas Ramadhan yang membuat Ramadhan begitu memesona. Membuat jiwa-jiwa yang mendengar lantunan takbir yang bergema bersahutan pertanda perginya tamu mulia, terharu dan dijejali rasa rindu untuk kembali bertemu. 

Semoga usia berkah hingga kembali bisa mereguk indahnya Ramadhan di tahun selanjutnya. Aaaamiin...

Hasil keakraban yang berhasil diabadikan dengan lensa...

IMG_0524IMG_0529IMG_0550IMG_0554IMG_0516
Semoga kita semua berhasil mendapatkan predikat taqwa dari-Nya... Aaamiin!
^_^

6 komentar:

Mohon tinggalkan jejak anda di sini ya... :D