Tak inginkan apa-apa...
Hanya berbagi kisah dan mengabadikannya...
Semoga kelak berguna...
Untuk siapa saja.
Akhir Mei 2014...
Kala itu jadwal pemeriksaan berkala kehamilanku. Hasil pemeriksaan dan perhitungan haid terakhir menunjukkan bahwa kandunganku telah masuk 9 bulan atau 36 minggu. Itu artinya, jika prediksi benar, maka dalam satu minggu ke depannya proses persalinan bisa saja terjadi. Ini adalah kehamilan keduaku. Tentu saja berdasarkan pengalaman anak pertama, hal-hal yang menyangkut persiapan persalinan sudah mulai kupersiapkan. Kondisiku saat itu cukup sehat. Begitupun dengan bayi di alam rahimku. Hasil pemeriksaan dengan USG pun menunjukkan hasil yang sama. Betapa senangnya. Sebagaimana wanita lainnya, tentu saja debar-debar menanti kelahiran sang buah hati, tak bisa kunafikan.
Juni 2014...
Kontraksi palsu, atau apapun sebutannya, aku tak begitu paham. Yang pasti rasa sakit dan mulas kurasakan seperti sudah mendekati waktunya. Apalagi ada tanda yang kudapati sekilas mirip dengan tanda persalinan. Bercak darah. Dengan demikian, akupun memutuskan untuk memeriksakan kondisiku pada seorang bidan. Bertambah kalutlah begitu mendapati bahwa terdapat pembukaan 1-2cm pada rahimku. Kufikir ini benar waktunya. Jika dalam kondisi normal mungkin persalinan akan terjadi selama 24 jam ke depan.
Tapi tidak, bahkan di hari-hari berikutnya. Aku merasa terus sakit saja. Memeriksakan kondisiku ke Puskesmas dan ke rumah sakit bahkan yang kudapati pembukaan yang maju mundur. Kecurigaan bidan yang memeriksaku bahwa kemungkinan terdapat lilitan tali pusat, nyatanya benar. Meski dokter kandungan menyebutkan hanya satu dan tidak kencang. Namun dari keterangan itu, sudah membuat faktor resiko pada proses persalinanku kelak bertambah lagi. Selain kondisi tubuhku yang mungil, pastinya. Akupun dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.
Selama 3 hari 4 malam di rumah sakit dan berakhir pada pembukaan 2, aku dianjurkan untuk kembali beristirahat di rumah. Setelah sempat dioksigen karena denyut jantung bayiku melemah, karena disinyalir ia ikut stres menyaksikan ada banyak kasus persalinan dan kehamilan yang wara-wiri di hadapanku. Aku lantas mengikuti saran dokter dan melanjutkan ikhtiar di rumah. Dokter memberikan beberapa saran agar proses pembukaan rahim berjalan dengan cepat sesuai dengan yang semestinya. Tanpa ba-bi-bu ikhtiarpun tertunaikan begitu aku kembali ke rumah. Memperbanyak jalan kaki, dan ikhtiar lain yang disarankan orang terdekat, tak ada yang kulewatkan. Berdo'a tak putus sembari menahan sakit yang entah apa.
Mungkin bayiku adalah perantara Allah untuk menguji dan melatih kesabaranku...
Mungkin bayiku adalah perantara Allah untuk menggugurkan dosaku...
Mungkin memang belum saatnya...
Mungkin ada khilaf yang harus ditebus dengan lebih banyak do'a...
Serta mungkin yang lainnya.
Bermacam diagnosa bermunculan dari orang-orang sekitar. Apalagi akhir bulan ini, perhitungannya kandunganku memasuki bulan ke 10. Atau jika berdasarkan minggu sudah masuk 41-42 minggu. Allah saja tempatku mengadu gundahku.
Seandainya tidak ada rasa sakit dan fakta pembukaan rahim itu, mungkin aku masih bisa santai menikmati detik-detik akhir kehamilan keduaku...
Dan Allah mulai mengarahkanku pada situasi yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Rasa sakit yang kurasakan kembali mengantarkanku menjadi pesakitan di rumah sakit. Kembali pembukaan 1, kata bidan. Beberapa jam setelahnya maju ke pembukaan 2, keesokannya baru maju ke pembukaan 3. Akhirnya dokter angkat bicara. Ia menyarankanku untu akselerasi proses induksi. Aku dan suamipun menyanggupi.
Subhanallaaah!!! Proses induksi berjalan sangat cepat. Jam 11 kurang 5 menit, infus dipasang di tangan kiriku. Jam 12 sudah mulai terasa sakit yang tak bisa kubahasakan. Jam 13.00 suamiku mulai mendampingiku melewatkan sakit yang.... hebat! dan akhirnya, jam 13.55, putri keduaku lahir dengan penuh haru dan tentu saja, bahagia... 28 Juni 2014, sehari sebelum Ramadhan.
Melihat geliat matanya, wajah ayu dan polosnya, rasanya semua usahaku terbayarkan. Lunas! Alhamdulillah ala kulli hal... Aisyah Azkiyatunnisa Sucitro, nama yang kami berikan padanya. Semoga bisa menjadi do'a yang baik bagi kehidupannya.
Terima kasih atas setiap do'a yang terpanjat untuk kami... Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan. Aaamiin.
11 Juli 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Selamat yaa mba Rizky semoga ananda putri menjadi anak yang sholehah, pintar dan menurut kepada orang tuanya :)
BalasHapusAlhamdulillah... Makasih Mbakkuu :D
BalasHapusselamaaat ya mba kelahiran anaknyaa :)
BalasHapus