“Masih suka ngintip statusnya Rea, Dan?”
Aku mengangkat bahu. Setiap kali waktu longgarku, rutinitas
yang hampir selalu kulakoni adalah meraih ponsel. Membuka 3 media sosial
sekaligus. Hanya mencari satu nama yang sudah terpatri jelas dalam ingatan dan
hatiku. Bahkan tanpa kukomandopun, tanganku sudah reflex bergerak mengetikkan
namanya.
“Pengen tau aja, kok!” sahutku tajam.
“Pamali, Dan. Rea sudah nikah! Jangan gila kamu.”
Aku melemparkan ponselku ke sofa. Ari memang sudah
mengetahui semuanya. Sejak dulu, Ari yang tau pasti keadaanku dan Rea.
“Kamu bodoh! Kalau memang sedalam itu, kenapa nggak dikejar?
Malah dibiarin aja disambet orang.”
Aku menghela nafas panjang. Aku bodoh! Memang. Aku
mengakuinya dengan segenap jiwa dan perasaanku. Tapi aku tidak menyesal. Apa
yang bisa dibanggakan Rea dari seorang pesakitan sepertiku? Melindungi dirik
sendiri dari penyakit saja aku tak sanggup. Jangankan menjaganya,
membahagiakannyapun bahkan aku tak kuasa.
“Penyakit itu dilawan Dan!”
Aku kembali mengangkat bahu. Untuk bisa tetap bekerja saja,
sudah menjadi mukjizat buatku. Bagaimana jika bersama Rea? Mungkin semuanya
akan terasa sempurna.
***
Kling… kling…
Nada pemberitahuan ponselku berbunyi nyaring. Salah satu
media sosial mengabarkan kepadaku aktifitas terbaru dari akun milik Rea. Status
yang sendu.
Sudah berusaha tapi nggak bisa! Aku terlalu lemah.
Rasanya jariku terlalu lincah untuk bisa kutahan laju
gerakannya. Dalam sekejap, sebuah pesan singkat terkirim ke akun Rea.
Kamu kenapa Re?
Aku rasa, sekalipun singkat, kalimat itu bermakna dalam di
hati Rea. Wanita impian yang telah mengisi hatiku sejak tujuh tahun lalu. Aku
bahkan tak menyangka ia membalas pesanku, yang bahkan membuatku sumringah
sekalipun belum membaca isinya.
Nggak apa Dan. Sedikit privasi.
Aku bertahan sejenak. Kali ini benar-benar bertekad untuk
tidak membalas. Kita sudah bukan lagi kita. Kita dulu kini telah berubah
menjadi aku dan kamu. Sekalipun begitu, semoga kau izinkan aku untuk tetap
menatap ke arahmu. Hingga kelak aku yakin, aku dan kamu bisa bahagia bernafas
tanpa kita.
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon tinggalkan jejak anda di sini ya... :D