11 Juni 2013

Jangan Main-Main dengan Pak Po, Ya...

Bapakku adalah seorang yang sangat disiplin dan taat terhadap aturan pemerintah. Apalagi yang berhubungan dengan lalu lintas. Baik itu mengenai safety riding, kelengkapan surat-surat perjalanan, hingga rambu-rambu lalu lintas. Kesadaran akan pentingnya mematuhi tata tertib lalu lintas ini dilakukan Bapakku sekalipun beliau bukan berprofesi sebagai polisi. Hanya seorang karyawan biasa. Mungkin karena faktor pekerjaan yang menuntut beliau untuk memperhatikan keselamatan kerja, yang kemudian berimbas pada kehidupan sehari-harinya. 

Setiap sebelum mulai berkendara, beliau selalu memastikan kelengkapan kendaraan. Baik yang terpasang pada kendaraan, maupun yang berbentuk surat-surat. Entah itu SIM, STNK, KTP, apapun yang sekiranya berhubungan dengan dokumentasi kelengkapan perjalanan. Sekalipun jarak yang ditempuh hanya sebatas rumah dan pasar. Selain itu, safety ridingnya juga sangat beliau perhatikan. Helm full face, jaket kulit, sarung tangan, atau jika mengendarai kendaraan roda empat, safety belt tak pernah beliau anggurkan begitu saja. 

Wajar saja kemudian beliau menerapkan hal serupa pada aku dan kakak-kakakku. Menurut beliau, lebih baik tidak usah jalan ketimbang tidak melengkapi kelengkapan perjalanan. Antisipasi saja, sebelum kejadian yang tidak diinginkan benar-benar terjadi. Menurut beliau, malu karena kedapatan kena tilang polisi karena melanggar tata tertib lalu lintas itu lebih malu dibandingkan berjalan kaki tanpa alas. *heh, nyambung tidak ya?

Bahkan sekalipun belum bisa berkendara, kakak-kakakku sudah mengurus SIM terlebih dahulu. Jadi nanti kalau sudah bisa berkendara, atau masih dalam tahap belajarpun sudah tidak ilegal, bukan? Nah, kejadian ini nyatanya sudah mendarah daging pada diriku dan kakak-kakakku. Semenjak kakakku yang nomer 4 bisa berkendara dan memiliki SIM, rasanya kami senang bukan kepalang jika bertemu dengan polisi yang sedang berpatroli mememeriksa kelengkapan surat-surat para pengendara yang melintas pada suatu jalan. Kami bahkan mondar-mandir sampai 2 hingga 3 kali untuk melakukan pemeriksaan. Sekedar iseng sih, dan memanas-manasi para pengendara yang sembunyi karena tidak berani bertatap muka dengan para polisi-polisi itu. Apalagi mereka memang dalam keadaan tidak memiliki surat-surat yang lengkap. Bahkan ada yang spionnya hanya satu, ada yang tidak memasang plat, ada yang tidak memakai helm. Ya, hasilnya mereka berbalik arah dan tidak melanjutkan perjalanan, atau bahkan berpura-pura berbelanja di warung sekitar tempat razia guna menghindari sergapan Pak Polisi. Menurut mereka, dari pada uang melayang, lebih baik kucing-kucingan.

Yang paling kuingat, dari setiap kali perburuan "razia" yang aku dan kakakku lewati, suatu kali ketika seorang polisi mendapati kami berkali-kali lalu lalang melewati pemeriksaan. Dengan gemas polisi itu berkata, "Dek, kalau surat-suratnya sudah lengkap, nggak usah periksa berulang-ulang ya." Dengan tatapan yang sangat jelas bisa dibaca bahwa sebenarnya mungkin Pak Polisi itu ingin berkata, "Kalau sekali lagi lewat, dapat hadiah tilang juga nih Dek." *karena disinyalir mempermainkan tugas Polisi, dong. ^^

Setelah itu, kapok deh main-main sama Pak Po. :)

Tulisan ini diikutkan dalam GA "5 Tahun Merantau"

2 komentar:

  1. hahahahhaha pingin ngakakkkkk baca ceritanya
    lucu............

    BalasHapus
  2. Gokil ini sihhh ahahhaa

    makasih ya sudah berpartisipasi :)

    BalasHapus

Mohon tinggalkan jejak anda di sini ya... :D