Setiap orang memiliki gaya belajar masing-masing yang mungkin serupa tapi pada dasarnya tak sama. Ada gaya belajar kinestetik, visual, dan auditory. Masing-masing dari gaya tersebut, memiliki caranya sendiri. Pun memiliki metode untuk pencapaian tujuan belajar yang perlu diperhatikan. Seseorang yang sedianya bergaya belajar kinestetik, tidak akan berhasil jika dipaksa menggunakan metode belajar yang seharusnya digunakan untuk gaya belajar kinestetik. Begitupun dengan gaya belajar yang lainnya.
Gaya belajar ini sendiri tidak melulunya harus diterapkan pada anak. Orang dewasapun bahkan sedianya bisa mempraktekkannya. Paling tidak untuk dirinya sendiri dan orang-orang di sekelilingnya. Sebab belajar tak hanya sekedar porsi untuk duduk tenang di ruang kelas dan di bangku sekolah. Tapi belajar yang dimaksudkan juga dalam makna yang luas.
Yang ingin saya bahas pertama kali adalah gaya belajar auditory. Seperti namanya, jelas kita langsung bisa menebak bahwa gaya belajar jenis ini memaksimalkan penggunaan audio untuk media pembelajaran. Audio disinipun tidak melulu berkutat pada lagu, dan musik. Sepertimana yang tenar di pergunakan orang. Sambil belajar, sambil mendengarkan musik. Sambil menulis, sambil mendengarkan musik klasik. Memang bisa jadi seperti itu. Dan hal itu juga menjadi salah satu ciri cara belajar jenis ini. Tapi tidak semua orang yang bergaya belajar auditory akan melakukan hal yang sama. Sebab banyak hal yang berhubungan dengan pendengaran: Audio.
Orang yang bergaya belajar auditori menggunakan dan membutuhkan gaya bahasa yang efektif untuk menggambarkan suatu hal. Sebab itu yang memudahkannya untuk mencerna informasi dan hal tersebut. Fokusnya adalah pada perkataan dan suara. Kebanyakan orang yang bergaya belajar auditory ini tidak "berminat" melihat kepada si pembicara atau lawan bicaranya. Sebab yang difokuskannya adalah suara dan perkataan orang tersebut.
Untuk orang dengan gaya belajar seperti ini, yang perlu digaris bawahi adalah nada suara, tinggi rendahnya nada bicara, kecepatan bicara, intonasi dan segala hal yang berhubungan dengan penekanan-penekanan suara. Sehingga jika Anda, Anak-anak Anda, dan siapapun yang bergaya belajar seperti ini, untuk menekankan suatu hal agar cepat ditangkap oleh otaknya, harus menggunakan penekanan-penekanan tertentu. Sebab jika datar saja dan bahkan lebih mengutamakan ekspresi wajah, tentu hanya akan menjadi angin lalu bagi mereka.
Bahkan informasi yang tertulispun tidak akan terlalu menarik minta mereka sampai informasi tersebut disuarakan hingga mereka mendengarnya. Tak heran, jika orang yang memiliki gaya belajar auditory ini akan mudah lupa dengan nama seseorang yang dikirim lewat sms ketimbang orang yang berkenalan langsung dengannya dan mengucapkan langsung namanya.
Tips untuk Anda yang berhubungan dengan orang auditory ini, jika ada hal-hal penting, utamakan untuk menggunakan sambungan telepon. Jangan menggunakan sms, apalagi surat. Bisa-bisa informasi yang disampaikan, menguar begitu saja tanpa jejak.
^^
anak sy yg pertama gaya belajarnya auditori. MEmang hrs banyak mengeluarkan suara kl belajar sm dia :)
BalasHapuswah.. seperti bermain peran dong Bu. Memainkan intonasi suara :D
HapusTulisan yg menarik salam kenal Bu dan terimakasih ats follownya ^_^
BalasHapussama-sama,pak. Pak Sarpani suaminya kak Anis bukan? Saya Rizky, pak. Yang pernah di SIT Karbus, perpus.
HapusAnak saya yg pertama sangat aktif. Di kelas pun cenderung tidak mau diam. Sepertinya metode belajarnya adalah auditori. Jadi jika belajar di rumah, pasti saya dan suami yang membacakan/menerangkan.
BalasHapusIya bu... kalau aktif bisa juga campur dengan kinestetik. Lain waktu akan saya bahas juga. :D terima kasih sudah berkenan mampir di rumah saya.
Hapus