Wanita yang kutaksir berumur sekitar 40 tahunan itu hanya dapat berbaring dengan gerak yang sangat sedikit. Sejak ia dipindahkan dari ruang tindakan dan menempati ranjang yang berjarak 1 ranjang dariku, geraknya sangat terbatas. Selang infus, selang untuk buang air kecil, dan tubuhnya yang lemah dengan perut yang buncit, mencipta bermacam spekulasi di fikiranku. Apalagi aku tipe orang yang mudah sekali penasaran.
Mataku tak lepas darinya. Apalagi ketika tangannya bergerak memanggil suaminya yang usianya mungkin tak jauh beda. Suaminya datang. Langsung mendekatkan telinganya ke wajah sang istri. Tanpa berkata apa-apa, Bapak itu langsung mengambil alat bantu untuk buang air besar. Diangkatnya tubuh sang istri agar alat tersebut dapat digunakan. Ia tutup tirai arah depan dan samping. Namun aku masih bisa memantau gerak-gerik mereka. Dengan sigap Bapak itu membersihkan kotoran istrinya, dengan wajah tulus. Tidak tampak jijik sedikitpun.
Dan yang semakin membuatku terharu, usai merapikan pakaian istrinya, membersihkan wajahnya dengan lap, ia juga menyemprotkan sedikit parfum dan mengusapkan bedak ke wajah istrinya. Dengan senyum penuh cinta. Mungkin Bapak itu ingin istrinya tetap merasa, segar sekalipun sedang dalam ketidakberdayaan. Setelah membereskan semua peralatan, Bapak itu kembali duduk di samping istrinya sembari membenamkan wajah ke pundak istrinya dalam waktu yang lama. Kufikir, Bapak itu tertidur. Nyatanya memang ia tertidur.
Aku yang memang kesulitan memejamkan mata sejak kontraksi dan pembukaan maju mundur memperlambat proses persalinan. Dan aku baru sadar. Jam menunjukkan pukul 3 dini hari. Pantas suamiku sudah tidak ada di sisiku. Ia melaksanakan tahajjud di musholla rumah sakit.
Keesokan harinya, tak tahan juga aku ingin bertanya. Apa yang terjadi dengannya. Dan mengalirlah cerita...
Ibu dan Bapak itu telah menikah selama 15 tahun, belum dikaruniai anak. Alhamdulillah segala ikhtiar membuahkan hasil. Meskipun harus istirahat total hingga bayinya lahir kelak. Ketika usia kehamilan masih 5 bulan ke bawah, Ibu itu masih bisa memenuhi hajatnya sendiri. Seperti mandi dan buang air. Namun, saat usia kehamilannya masuk 6 bulan, ujian mulai datang. Air ketuban sedikit demi sedikit keluar. Entah bagaimana penjelasan medisnya. Intinya saat itu kehamilan sang Ibu memasuki usia 8 bulan dan baru menyadari bahwa yang keluar itu air ketuban setelah dokter memeriksa dan mendapati air ketuban berkurang. Sejak usia kehamilan 6 bulan itu sudah mulai sering terasa nyeri. Bertambah bulan, bertambah pula rasa sakitnya.
Akhirnya diputuskan Ibu itu harus dirawat inap dan sama sekali tidak boleh bergerak. Suaminya bahkan harus cuti karena harus 24 jam mendampingi istrinya. Keluarga mereka jauh dan tidak dapat membantu dengan berbagai alasan. Jadilah, mereka hanya berdua menghadapi semua. Tidak mengharap pertolongan siapapun kecuali Allah saja.
Tepat ketika waktu isya, aku terbangun karena suara bising di sekitarku. Rupanya ibu itu tengah terbatuk-batuk, sembari memegangi perutnya. Suaminya sibuk memanggil tenag medis. Sempat kulihat ia menunjuk-nunjuk sprei yang basah. Laa haulaa wa laa quwwata Illaa billaah... air ketubannya!
Ibu itupun langsung masuk ke ruang tindakan. Aku sempat mendengar lirih suara Ibu itu berbisik pada suaminya.
"Pah, ikhlaskan ya Pah, aku pasrah. (Lakukan) apa aja asalkan dede bisa lahir selamat. Aku pasrah Pah,"
Aku sempat melihat Bapak itu menyeka sudut matanya yang basah. Tidak berkata satu patah katapun.
Tanpa sadar aku ikut menangis. Dan merapal do'a untuk keselamatan Ibu itu dan juga bayinya. Sekalipun kondisikupun dalam keadaan yang tidak baik.
Hampir semua orang di ruangan itu nampak terharu. Beberapa saat kondisi ruangan sangat hening sepeninggal mereka. Meski akhirnya kembali seperti semula.
Lalu aku tidak tau lagi cerita persisnya. Semoga saja saat ini pasangan itu tengah berbahagia bermain bersama buah hati mereka. Seperti layaknya aku.
15 Desember 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
aamiin. perjuangan seorang ibu tak terukur ya Mba..layak sudah ibu dicintai dan dihormati karena surganya ada disana
BalasHapusamiin... saya merinding baca cerita ini Mbak, mudah2an persalinan Mbak juga lancar dan selamat ya. Di tunggu episode ba'da lahiran...:)
BalasHapusAlhamdulillah udah lahiran Mbak, Aisyah dah 6 bln sekarang. Ceritanya udah saya tulis diblog sini juga. Silahkan dinikmati. Hehehe
BalasHapus