Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak. See... betapa sebenarnya cinta itu sederhana.
Setidaknya aku berusaha. Selalu berusaha untuk berhenti menuntut. Aku tidak ingin cinta di mata lelakiku pudar ketika aku memintanya menjadi seperti yang kuingini. Sebab mungkin, itu hanya ingin, bukan kebutuhan. Lagipula, kekuranganku jauh lebih banyak dibandingkannya. Mungkin jika ingin menuntut, ada banyak hak yang belum kutunaikan atasnya. Dan sabarnya, semoga tak berbatas.
Cinta di matanya tidak pernah ditunjukkan dengan setangkai bunga, sebungkus kado, dan kata-kata mesra. Cinta di mata lelakiku justru sangat indah binarnya ketika ia mengetuk pintu rumah, mengucapkan salam, kemudian mengulurkan tangannya untuk kucium beserta senyum lebarnya setiap kali pulang sholat berjama'ah di masjid. Dan kutau pasti, binar cinta itu hanya untukku juga anak-anakku.
Binar cinta itulah yang membuatku tunduk, taat dan menghormatinya sebagai imamku. Letak syurga dan nerakaku. Ridho Allah atasku. Sebab cinta Allah begitu luar biasanya melalui lelakiku ini. Semoga...
Ya semoga...
Abadi, murni, sejati, hingga ke JannahNya. Aaamiin.
*Maafkan semua khilafku ya hubby... Semoga Allah memberikan stok sabar yang tak terhingga untuk menghadapi kami setiap harinya hingga menua. Aku dan anak-anak kita.
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon tinggalkan jejak anda di sini ya... :D