20 Juni 2015

Ini tentang Janji

dakwatuna.com
Sejatinya, aku adalah orang yang takut sekali berjanji. Sebab seringkali aku diuji dengan janjiku sendiri. Namun seringkali pula, lisanku mengatakan yang tak senada. Ketika ada suatu hal yang memaksaku melafadzkannya. Janji adalah hutang, hutang adalah janji. Sebutlah aku, pendosa yang sering mengingkari tanpa sengajaku sendiri.

Ya, aku memang seringkali "terpaksa" berjanji. Membuat sebuah keputusan akan suatu hal. Biasanya yang spontan, tidak bisa difikirkan panjang karena memang tidak ada pilihan lain. Sekalipun kusadari dengan sangat, aku membenci perkara ini. Sebab tiap kali aku mengutarakan suatu janji dan berusaha untuk menepati, seringnya usahaku meleset dari apa yang sudah kutuju. Ada saja ujian yang bertepatan. Dan itu sangat mengganggu nalarku untuk memikirkan jalan keluar lain agar tetap bisa tunaikan janji dan selesaikan masalah yang mengiringi. Inilah letak terlemahku. Ketika dihadapkan oleh dua hal yang membuat nyaliku redup, sementara keduanya sama-sama penting dan butuh, aku belum bisa menafsirkan resiko, dan prioritas yang sebenarnya. Aku belum mampu.

Dan sebutlah aku pendosa. Hamba kerdil yang punya khilaf tak terukur. Pada Sang Maha pun pada makhluk yang diciptaNya.

Memang benar kata pepatah. Jangan berharap dimengerti jika kamupun belum mampu mengerti.

Belajar dari masalah dan pengalaman, berguru pada setiap keadaan. Semoga saja diberikan kekuatan, kelancaran dan petunjuk dariNya. Maaf atas segala hal yang terjadi yang di luar kuasaku. Semoga Allah mengampuni. Aaamiin.


0 komentar:

Posting Komentar

Mohon tinggalkan jejak anda di sini ya... :D