"Dia adik kelasku semasa SMA, sampai sekarang masih berhubungan dekat. Hampir tiap minggu aku bertemu dengannya."
"Lalu, kenapa tak juga kamu nikahi? Kamu bukannya sudah lulus SMA sejak 8 tahun yang lalu?"
Rehan mengangguk, "Sejak lulus SMA, ia menikah dengan teman dekatku. Aku tau, betapa ia sangat mengagumi temanku itu. Karenanya aku mengalah, dan menyembunyikan perasaan ini. Sekalipun begitu, aku sangat paham keadaan rumah tangga mereka. Aku selalu mencari cara bagaimana bisa terus berada di sekitarnya. Berbisnis dengan suaminya, dan menjadi dokter keluarga mereka."
Sempat dilihatnya Andri menggelengkan kepalanya sambil berdecak, "Kamu tidak cemburu dengan kebersamaan mereka?"
Aku menghela nafasku panjang, "Kamu tau jawabannya."
"Lalu kenapa kamu tidak mencari pilihan lain? Come On! Dokter sehebat kamu, bisa mendapatkan istri hanya dengan sekali tunjuk!"
"Kamu fikir, wanita itu baju yang bisa dipilih semudah itu? Lagipula aku sudah terlanjur cinta."
"Itu bukan cinta! Itu obsesi."
"Aku tau apa yang akan terjadi pada suaminya beberapa tahun lagi. Kemungkinan terburuk akan terjadi dan aku ingin tetap menunggunya. Aku yang akan menjadi tempatnya bersandar kala itu terjadi."
"Tapi itu masih kemungkinan. Bagaimana jika Tuhan berkehendak lain? Kamu akan membujang seumur hidup? Bagaimana pula kalau ternyata kemungkinan itu terjadi, namun dia tidak menginginkanmu? Apa kamu bisa terima?"
"Aku hanya berusaha menjaga hatiku demi orang yang kucintai."
"Sekalipun dia tidak mencintaimu?"
"Cinta bisa datang kapan saja. Dan aku yakin bisa mendatangkan cinta itu di hatinya. Untuk menggantikan posisi suaminya."
"Bagaimana kalau ternyata, suaminya akan terus berada di sisinya?"
"Aku akan tetap menunggu. Dan meyakinkan diriku bahwa dia masih berbahagia. Dia masih terbangun dengan senyum yang terukir indah di wajahnya. Mengurus anak-anaknya, dan raganya masih dapat kutemui. Itu saja sudah lebih dari cukup."
Andri menyerah. Rekannya ini dinilainya sudah terlampau bodoh, buta dan tuli. Fikirnya masih tidak bisa menerima apa yang dijabarkan oleh rekannya itu.
Tutt... tuutt...
Handphone milik Rehan berbunyi. Begitu ia tau bahwa panggilan masuk itu berasal dari nomer yang sangat dihapalnya, ia langsung menjawab.
"Maaf aku mengganggu. Tapi keadaannya gawat. Reita mengalami kecelakaan parah. Ia sedang menyiapkan makan siang untuk pertemuan kita siang ini. Ia memasak rendang kesukaanmu. Namun entah mengapa ia terjatuh, pecahan piring mengenai daerah yang sangat vital. Bisakah kamu membantu?"
Ia memasak rendang kesukaanmu... kata-kata itu seakan menikam jantung Rehan. Tuhan! Beri aku waktu...
-Tulisan ini diikutkan dalam [#FF2in1] ~ Flash Fiction 2in1 Sesi 15 Mei 2013 (1) oleh NulisBuku.com-
17 April 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon tinggalkan jejak anda di sini ya... :D