Pagi ini, entah kenapa cuaca terasa dingin sekali. Membuat saya malas beranjak dari hangatnya kamar tidur. Anak saya yang baru seorang, tengah jalan-jalan pagi dengan Abinya. Bertambah sepilah suasana pagi di kamar saya. Tidak ingin tertidur lagi, saya menghidupkan notebook dan mulai blog walking. Oh ho... saya menemukan sebuah judul tulisan yang rasanya langsung telak menampar saya. Judul tulisan itu adalah Menunda Pekerjaan (Procrastination), yang ditulis oleh Bunda Evi Indrawanto. Sungguh, menunda-nunda adalah suatu hal yang berkesan sepele tapi efeknya luar biasa buruk. Dan aku termasuk salah satu diantara yang buruk itu. Sering menunda-nunda pekerjaan. Seperti yang baru saja terjadi.
Sebenarnya sudah sering aku mendengar perihal ini. Tapi ya, seperti itulah manusia. Seringkali lupa. Jadi harus-harus sering diingatkan, dan juga sering-sering mawas diri. Jika tidak, tentunya bisa menjadi kebiasaan yang melenakan sekaligus menghanyutkan. Dari membaca tulisan Bunda Evi tersebut, aku jadi berfikir keras untuk mulai menata diri, sejak hari ini. Sebab nyatanya, perihal menunda pekerjaan ini sudah seringkali menambah daftar masalah yang harus kuselesaikan. Sekalipun begitu, tak juga membuatku berubah. Tapi kali ini benar, aku akan berusaha.
Perkara menunda-nunda ini nyatanya berakibat fatal bagi kelangsungan kehidupan kita sehari-hari. Kedisiplinan yang seyogyanya dapat mengatur hidup kita, menjadi berantakan jika dibarengi dengan sikap penundaan. Muhammad Al-Ghazali yang merupakan salah seorang Syaikh asal Mesir berkata, "Penundaanmu atas berbagai pekerjaan yang seharusnya kamu kerjakan saat kamu sedang dalam kelonggaran menandakan kebutaan jiwa..."
Menunda-nunda ini juga merupakan salah satu tipu daya nafsu yang menjerumuskan kita dalam lubang kesusahan yang kita gali sendiri. Bayangkan jika seharusnya saya mengerjakan semua pekerjaan rumah selepas Shubuh, maka sekitar jam 07.30 saya sudah bisa bersantai dan mengerjakan hal lain. Seperti menyelesaikan tulisan dan pekerjaan penting lainnya. Namun, terkadang rasa malas begitu mendera hingga menyepelekan suatu hal dan berbuntut pada penundaan. Berfikir bahwa masih ada waktu lain, membuat kita tidak maksimal dalam menjalankan segala sesuatu.
Padahal, dalam sebuah hadits jelas disebutkan: "Ada dua nikmat Allah yang kebanyakan manusia sering lalai terhadapnya. Yaitu nikmat kesehatan dan kesempatan (waktu luang)," Hadits Riwayat Bukhari. Kita tidak tau kapan kita dipanggil kembali oleh Allah. Sanggupkah kita jika kita pergi dengan meninggalkan banyak hal yang belum sempat kita selesaikan akibat dari penundaan yang kita lakukan. Shalat, misalnya...
Sungguh benar jika kita memakai slogan Bapak Jusuf Kalla ketika hendak mencalonkan diri menjadi presiden, Lebih cepat lebih baik!
Berikut saya rangkum beberapa contoh penundaan yang umum dilakukan oleh orang pada zaman ini:
1. Para ibu rumah tangga, asyik menunda pekerjaan rumahnya demi menonton siaran televisi yang disukainya. Hasilnya? Sudah waktunya para anggota keluarga pulang ke rumah, namun makan siang belum juga tersedia. Dan ibu terpaksa membeli makanan di luar untuk menyelesaikan perkara tersebut.
2. Para pelajar atau mahasiswa, asyik dengan dunia mayanya sehingga lupa dan menunda tugas-tugas mereka. Hasilnya? Nilai semester anjlok, dan terpaksa mengulang kembali di mata kuliah atau pelajaran tersebut.
3. Para pegawai yang menunda-nunda kewajibannya, pekerjaannya, tentunya akan menghasilkan label yang buruk untuk dirinya. Dapat memberikan pengaruh buruk pula bagi kelangsungan pekerjaannya.
4. Yang paling buruk adalah ketika seorang hamba, yakni kita semua, menunda-nunda waktu beribadah hanya untuk perkara-perkara yang sifatnya duniawi saja. Bagaimana hasil yang kita rasakan jika Allah berkehendak menjemput kita sebelum kita menunaikan ibadah tersebut?
Wallaahu a'lam... Semoga tulisan ini, dapat menjadi renungan untuk saya pribadi, dan siapapun yang membaca tulisan ini.
Padahal, dalam sebuah hadits jelas disebutkan: "Ada dua nikmat Allah yang kebanyakan manusia sering lalai terhadapnya. Yaitu nikmat kesehatan dan kesempatan (waktu luang)," Hadits Riwayat Bukhari. Kita tidak tau kapan kita dipanggil kembali oleh Allah. Sanggupkah kita jika kita pergi dengan meninggalkan banyak hal yang belum sempat kita selesaikan akibat dari penundaan yang kita lakukan. Shalat, misalnya...
Sungguh benar jika kita memakai slogan Bapak Jusuf Kalla ketika hendak mencalonkan diri menjadi presiden, Lebih cepat lebih baik!
Berikut saya rangkum beberapa contoh penundaan yang umum dilakukan oleh orang pada zaman ini:
1. Para ibu rumah tangga, asyik menunda pekerjaan rumahnya demi menonton siaran televisi yang disukainya. Hasilnya? Sudah waktunya para anggota keluarga pulang ke rumah, namun makan siang belum juga tersedia. Dan ibu terpaksa membeli makanan di luar untuk menyelesaikan perkara tersebut.
2. Para pelajar atau mahasiswa, asyik dengan dunia mayanya sehingga lupa dan menunda tugas-tugas mereka. Hasilnya? Nilai semester anjlok, dan terpaksa mengulang kembali di mata kuliah atau pelajaran tersebut.
3. Para pegawai yang menunda-nunda kewajibannya, pekerjaannya, tentunya akan menghasilkan label yang buruk untuk dirinya. Dapat memberikan pengaruh buruk pula bagi kelangsungan pekerjaannya.
4. Yang paling buruk adalah ketika seorang hamba, yakni kita semua, menunda-nunda waktu beribadah hanya untuk perkara-perkara yang sifatnya duniawi saja. Bagaimana hasil yang kita rasakan jika Allah berkehendak menjemput kita sebelum kita menunaikan ibadah tersebut?
Wallaahu a'lam... Semoga tulisan ini, dapat menjadi renungan untuk saya pribadi, dan siapapun yang membaca tulisan ini.
Tulisan ini diikutsertakan dalam First Give Away : Jurnal Evi Indrawanto
Maaf mbak bukan berarti saya menunda berkunjung, kayaknya komen saya kapan hari gagal deh disini.. Ya deh coba komen lagi deh hehe
BalasHapusterima kasih sudah menyemarakkan GA mbak Evi ya.. sudah tercatat sebagai peserta.. terima kasih mbak Rizky
Alhamdulillah komen saya tak tertunda-tunda lagi muncul hehe
BalasHapusSama-sama, terimakasih juga sudah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak... :D
BalasHapusMenunda pekerjaan itu hanya menyenangkan sesaat, tapi efeknya berkepanjangan untuk hidup kita Mbak Dyah..Saya tuh akut dalam hal menunda pekerjaan..Maka sekarang jadi trauma kalau punya satu dua pekerjaan gak selesai..Bikin gak bisa tidur hehehe..
BalasHapusMakasih sudah ikut meramaikan GA saya Mbak Dyah..:)
Bener banget, Bunda. Makanya saya ambil judul postingan menyelesaikan masalah dengan masalah. :)
BalasHapusSemoga berjodoh dengan GA-nya ya Bunda... Terimakasih sudah berkenan mampir...