17 Mei 2013

Alergi? Pelajari Yuk, Bu...


Alergi termasuk gangguan yang menjadi permasalahan kesehatan penting pada usia anak. Gangguan ini ternyata dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk gangguan fungsi otak. 

Gangguan fungsi otak itulah maka timbul gangguan perkembangan dan perilaku pada anak seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, keterlambatan bicara, gangguan konsentrasi hingga memperberat gejala penderita Autis dan ADHD. Gejala alergi pada bayi sering dicetuskan dan disebabkan karena banyak faktor. Tetapi yang paling sering terjadi justru dipicu atau diperberat karena infeksi virus ringan yang tidak terdeteksi. Sedangkan faktor lainnya dengan manifestasi lebih ringan disebabkan karena  diet ibu bila minum ASI dan makanan yang dikonsumsi termasuk susu sapi.

Seringkali dokter atau orangtua sulit membedakan faktor mana yang menjadi penyebab, bahkan seringkali setiap kali timbul gejala alergi langsung divonis alergi susu sapi dan harus ganti susu khusus padahal belum tentu alergi susu sapi.

Deteksi dan pencegahan alergi sejak bayi penting karena dapat mencegah atau menghilangkan perjalanan alamiah alergi jangka panjang (allergy March). Perjalanan alamiah alergi jangka panjang adalah gejala alergi setiap usia dan setiap orang akan berbeda. Pada kelmpok tertentu usia di bawah 5 tahun akan mengaklami sensitif saluran cerna dan kulit, usia 5-12 tahun asma dan sering pilek pada usia di atas 15 tahun lebih sensitif hidung atau sinusitis.

Melihat demikian luas dan banyaknya pengaruh alergi yang mungkin bisa terjadi, maka deteksi dan pencegahan alergi sejak dini sebaiknya dilakukan. Gejala serta faktor resiko alergi dapat dideteksi sejak lahir, bahkan mungkin sejak dalam kandungan. Alergi makanan tidak terjadi pada semua orang, tetapi sebagian besar orang mempunyai potensi menjadi alergi. Tampaknya sebagian besar orang bila dicermati pernah mengalami reaksi alergi. Namun sebagian lainnya tidak pernah mengalami reaksi alergi. Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan, yaitu faktor genetik, imaturitas usus, pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor pencetus.

Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek dan nenek pada penderita. Bila ada orang tua menderita alergi kita harus mewaspadai tanda alergi pada anak sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang menderita gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar 20 – 40%, ke dua orang tua alergi resiko meningkat menjadi 40 – 80%. Sedangtkan bila tidak ada riwayat alergi pada kedua orang tua maka resikonya adalah 5 – 15%. Pada kasus terakhir ini bisa saja terjadi bila nenek, kakek atau saudara dekat orang tuanya mengalami alergi.

Perilaku yang sering menyertai penderita alergi pada bayi :

1. GANGGUAN NEURO ANATOMIS : Mudah kaget bila ada suara yang mengganggu. Gerakan tangan, kaki dan bibir sering gemetar. Kaki sering dijulurkan lurus dan kaku. Breath Holding spell : bila menangis napas berhenti beberapa detik kadang disertai sikter bibir biru dan tangan kaku. Mata sering juling (strabismus). Kejang tanpa disertai ganggguan EEG (EEG normal).

2. GERAKAN MOTORIK BERLEBIHAN : Usia < 1 bulan sudah bisa miring atau membalikkan badan. Usia < 6 bulan: mata/kepala bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak berlebihan, tidak bisa diselimuti (“dibedong”). Kepala sering digerakkan secara kaku ke belakang, sehingga posisi badan bayi “mlengkung” ke luar. Bila digendong tidak senang dalam posisi tidur, tetapi lebih suka posisi berdiri.Usia > 6 bulan bila digendong sering minta turun atau sering bergerak/sering menggerakkan kepala dan badan atas ke belakang, memukul dan membentur benturkan kepala. Kadang timbul kepala sering bergoyang atau mengeleng-gelengkan kepala. Sering kebentur kepala atau jatuh dari tempat tidur.

3. GANGGUAN TIDUR : biasanya malam - pagi  gelisah,bolak-balik ujung ke ujung; bila tidur posisi “nungging” atau tengkurap; berbicara, tertawa, berteriak dalam tidur; sulit tidur atau mata sering terbuka pada malam hari tetapi siang hari tidur terus. usia lebih 9 bulan malam sering terbangun atau tiba-tiba duduk dan tidur lagi.

4. AGRESIFITAS MENINGKAT : pada usia lebih 6 bulan sering memukul muka atau menarik rambut orang yang menggendong. Sering menarik puting susu ibu dengan gusi atau gigi, menggigit, menjilat tangan atau punggung orang yang menggendong. Sering menggigit puting susu ibu bagi bayi yang minum ASI, Setelah usia 4 bulan sering secara berlebihan memasukkan sesuatu ke mulut. Tampak anak sering memasukkan ke dua tangan atau kaki ke dalam mulut. Tampak gampang seperti gemes atau menggeram.

5. GANGGUAN KONSENTRASI : cepat bosan terhadap sesuatu aktifitas bermain, memainkan mainan, bila diberi cerita bergambar sering tidak bisa lama memperhatikan. Bila minum susu sering terhenti dan teralih perhatiannya dengan sesuatu yang menarik tetapi hanya sebentar.

6. EMOSI MENINGKAT : sering menangis, berteriak dan bila minta minum susu sering terburu-buru tidak sabaran. Sering berteriak dibandingkan mengiceh terutama saat usia 6 bulan.

7. GANGGUAN MOTORIK KASAR, GANGGUAN KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI : Pada pola perkembangan normal adalah blak-balik, duduk, merangkak, berdiri dan berjalan sesuai usia. Pada gangguan keterlambatan motorik biasanya bolak balik pada usia lebih 5 bulan, usia 6 – 8 bulan tidak duduk dan merangkak, setelah usia 8 bulan langsung berdiri dan berjalan.

8. GANGGUAN ORAL MOTORIK DAN KETERLAMBATAN BICARA : Kemampuan bicara atau ngoceh-ngoceh hilang dari yang sebelumnya bisa. Bila tidak ada gangguan kontak mata, gangguan pendengaran, dan gangguan intelektual biasanya usia lebih 2 tahun membaik. 

9. GANGGUAN MENGUNYAH DAN MENELAN : Gangguan makan makanan padat, biasanya bayi pilih-pilih makanan hanya bisa makanan cair dan menolak makanan yang berserat. Pada usia di atas 9 bulan yang seharusnya dicoba makanan tanpa disaring tidak bisa harus di blender terus sampai usia di atas 2 tahun.

10. IMPULSIF : Banyak tersenyum dan tertawa berlebihan, lebih dominan berteriak daripada mengoceh.

11. MEMPERBERAT ADHD DAN AUTI : Jangka panjang akan memperberat gangguan perilaku tertentu bila anak mengalami bakat genetik seperti ADHD (hiperaktif) dan AUTIS (hiperaktif, keterlambatan bicara, gangguan sosialisasi). Tetapi alergi bukan penyebab Autis tetapi hanya memperberat. Penderita alergi dengan otak yang normal atau tidak punya bakat Autis tidak akan pernah menjadi Autis.

Gejala alergi pada bayi selain makanan justru paling sering seringkali diperberat saat sakit atau terjadi oleh infeksi  berupa infeksi virus, bakteri atau infeksi lainnya. Paling sering di antaranya adalah infeksi virus. Pada bayi tanda dan gejala infeksi virus ringan ini lebih sulit dikenali. Biasanya hanya berupa badan sumer teraba hangat hanya di kepala, telapak tangan dan badan bila diukur suhu normal. Biasanya disertai bersin, batuk sekali-sekali dan pada anak bayi tertentu nafas bunyi grok-grok.  

Flu pada bayi jarang sekali menimbulkan hidung meler biasanya hanya basah sedikit di sekitar hidung atau batuk sekali-sekali karena refleks batuk pada bayi basih belum sempurna.  Bahkan sebagian dokter menilai gejala infeksi virus tersebut dianggap sebagai gejala alergi.Pada keadaan sakit seperti itu biasanya ada kontak yang sakit flu, demam, batuk atau infeksi virus ringan lainnya di dalam di rumah. Sayangnya orangtua juga sering tidak menyadari bahwa selama ini sering terkena infeksi virus yang gejalanya tidak khas tersebut. Gejala infeksi virus yang ringan yang dialami oleh penderita dewasa berupa badan ngilu, terasa pegal,nyeri tenggorokan atau kadang disertai  sakit kepala. Gejala ringan, tidak khas dan cepat membaik ini sering dianggap “gejala mau flu tidak jadi”, masuk angin, kurang tidur, panas dalam atau kecapekan

MENCEGAH ALERGI

Langkah-langkah berikut membantu mecegah bayi alergi :
- Masa bahaya terhadap kepekaan adalah empat sampai enam bulan pertama, jadi tundalah penyapihan dan teruskan memberi ASI atau susu formula selama masa ini. Bayi ibu akan mendapat semua nutrisi yang dibutuhkan dari ASI atau susu formula sampai usianya enam bulan.

- Selama memberi ASI ibu pun harus berhati-hati terhadap makanan yang berpotensi menimbulkan alergi, untuk menghindarkan bayi dari alergi melalui ASI.

- Perkenalkan bayi pada makanan padat satu demi satu. Beri jarak waktu beberapa hari untuk setiap jenis makanan baru agar ibu dapat mengeceknya bila suatu reaksi alergi.

- Jika aleri mengenai keluarga ibu, perhatikan saat pengenalan selai kacang dan makanan lain dari kacang.

- Hindari bayi dari bahan-bahan yang dapat menimbulkan alergi, seperti asap, rokok, debu ruam, sebuk sari, dan binatang piaraan.

Formula Khusus

Jika bayi ibu alergi terhadap susu sapi dan ibu tidak dapat memberinya ASI, coba gunakan susu bayi dari kacang kedelai. Susu ini juga diberikan pada bayi yang tidak tahan terhadap laktosa. Sayangnya, kedelai sendiri jadi pencetus alergi. Selama masa penyapihan, susu kacang kedelai dapat diberikan sebagai minuman dalam cangkir.

- Susu formula dari kacang kedelai mengandung gula bukan dari susu. Waspadalah kesehatan gigi bayi dan jangan berikan susu dalam botol setelah usianya satu tahun. Hindari pemberian susu formula diantara waktu makan dan waktu tidur.

- Susu kedelai biasanya (bukan susu kedelai bayi), tidak boleh diberikan pada bayi yang sedang disapih karena tidak mengandung cukup kalori, vitamin, dan kalsium.

- Ada pula susu bayi yang menggunakan protein susu sapi yang telah dimodifikasi secara khusus untuk bayi yang punya kecenderungan alergi.

- Susu domba atau kambing terkadang dianggap kurang menimbulkan alergi. Namun belum ada bukti ilmiah tentang hal ini. Dalam keadaan apapun, sebaiknya jangan berikan susu ini pada bayi di bawah usia satu tahun karena susu ini tidak mengandung cukup nutrisi penting seperti Vitamin A, D, asam folat dan zat besi.

Semoga informasi ini bermanfaat ya ibu...

*dari berbagai sumber

3 komentar:

  1. Salam Sukses
    terima kasih infonya bunda.. :D
    by. blogsukses.com

    BalasHapus
  2. komplit pake telor ini mah, dulu damae sering kena alergi, dan baru tahu kalo gangguan2nya ternyata sangat kompleks, :(

    BalasHapus
  3. iya... saya juga baru tau, Bu. Memang harus belajar ya Bu. Kasian si kecil kalau nggak dapet penanganan yang tepat. :(

    Terima kasih sudah berkenan mampir...

    BalasHapus

Mohon tinggalkan jejak anda di sini ya... :D