20 Mei 2013

Bakso Cinta

Mendengar judul tulisan ini, pasti kebanyakan pembaca akan teringat dengan film islami yang sangat mendidik dan sangat saya sukai. Apalagi kalau bukan Ketika Cinta Bertasbih. Ya, film tersebut adalah salah satu -bisa jadi, satu-satunya film islami Indonesia yang paling mendidik di abad ini. Sebab, tidak hanya perkara cinta kepada manusia yang disajikan di dalamnya. Namun juga perkara cinta kepada Allah yang diramu bersama adegan-adegan penunjangnya yang sarat akan nilai keislaman.

Tuntunan syariat dalam film tersebut juga tidak menggelincirkan ummat. Sebab, yang saya tangkap dari penanaman syariat di film tersebut, alhamdulillah sudah cukup mengikuti apa yang dituntunkan oleh Al-Qur'an dan As-sunnah. Layaklah jika film ini mendapat predikat film ter-islami dari saya pribadi. Dibandingkan banyak film yang mengaku islami, tapi nilai-nilai islam yang disampaikan masih tampak nyeleneh. Sekali lagi, ini dari sudut pandang saya pribadi.

Tapi sebenarnya, bukan film yang menjadi topik utama dalam tulisan ini. Saya ingin membahas perihal, Bakso Cinta.

Bukan karena bentuknya yang menyerupai lambang cinta seperti yang ada di film Ketika Cinta Bertasbih. Tapi karena proses membuatnya dipenuhi oleh bumbu-bumbu penyedap rasa bernama cinta. Sedikit mengabadikan kisah yang meramaikan dapur rumah kecil kami, pagi ini. 

Sebenarnya sudah sejak beberapa waktu lalu suami saya minta dibuatkan pentolan bakso. Namun karena kesibukan yang lumayan menyita waktu, saya urung memenuhi permintaannya. Akhirnya, hari ini, waktu luangpun menyapa. Saya sedang tidak ada jam mengajar, begitu juga dengan suami. Pagi-pagi kami berangkat ke pasar membeli semua kebutuhan untuk membuat pentolan bakso. Alhamdulillah ada sedikit sisa daging sapi yang masih tersimpan di kulkas. Jadi kami tinggal melengkapi bumbu-bumbu dan beberapa bahannya saja. 

Di perjalanan pulang dari pasar, gadis kecilku tidur dengan pulasnya. Alamat, acara menghambur dapurpun akan sukses. Sukses tanpa kehadiran Aqilah, pastinya... ^^ Daging yang sudah diblender kemudian saya campurkan dengan beragam pelengkap lainnya. Sementara itu, suami saya mempersiapkan air rebus dan wadah untuk pentol yang sudah matang.

Memang aktifitas yang sederhana. Tapi nyatanya jika dikerjakan berdua dengan suami, rasanya beda. Sebenarnya ini bukan pertamakalinya saya beraktifitas di dapur dibantu oleh suami. Sebab, suami saya adalah tipe suami yang ringan tangan. Bukan dalam konotasi negatif ya. Suami saya tipe laki-laki yang suka membantu saya mengerjakan pekerjaan rumah. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur karenanya. 

Aktifitas sejenis ini, selalu saja memiliki efek ledak luar biasa untuk membangun hubungan emosional antar pasangan. Selain itu, kedekatan dan intensitas kerjasama yang apik juga dapat merembet ke hal-hal lain di rumah. Berawal dari kegiatan sesederhana ini saja lho! Itulah sebabnya, saya tidak pernah merasa iri melihat para istri yang bercerita tentang suaminya yang romantis. Suka memberi bunga, kejutan, hadiah dan ragam romantisme lainnya. Bagi saya, suami saya memang tidak romantis. Tapi beliau bisa membuat saya berbunga-bunga dengan caranya yang sederhana. 

Seperti pada Bakso Cinta ini. Setelah matang, saya merasa pentolan bakso buatan kami ini kurang asin. Dan beliau bahkan membenarkannya. Sempat ciut juga nih nyali saya. Merasa bersalah karena sudah terlanjur percaya diri dengan racikan saya. Eh, ternyata suami saya malah terlihat sangat antusias dengan pentolan-pentolan itu. Di tambah racikan sambel kecap, beliau melahap pentol dengan sangat bersemangat. Pedas dan panas mencipta ekspresi-ekspresi lucu yang membuat saya terpingkal-pingkal. Apalagi ketika beliau berkata, "Wah, bisa sekali makan nih, Mi." jadi lupa deh sama 'kurang asin'nya. 

Seakan tau bahwa Umi dan Abinya sudah selesai membuat gaduh, Aqilah bangun. Tepat ketika saya menyudahi aktifitas pagi ini. Saya lantas beranjak ke kamar untuk menyambangi Aqilah. Lalu saya membawa Aqilah kembali ke ruang makan mendatangi Abinya yang masih sibuk dengan perkara pentol. Dan... saya mendapati suami saya tengah sibuk memasukkan pentol-pentol itu ke dalam plastik setengah kiloan. Sudah ada dua plastik berisi pentol yang tergeletak di sisi kirinya.

"Heh, dibagi berapa-berapa, Bi?" sambil memperhatikan bungkusan tersebut dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
"Sepuluh, Mi. Jadi jatahnya sehari satu plastik ini. Nggak boleh lebih!"
"Katanya kurang asin. Enakan pentol yang dijual Pakle Pentol, dong..."
"Siapa bilang? buatan umi juga enak kok!" jawab beliau sambil terus mengunyah. 
"Hari ini sudah lebih dari sepuluh ya?" todongku.
Senyum manisnya terukir indah. "Sudah kok. Ini buat besok lagi." Padahal masih masuk juga sebuah pentol dalam kunyahannya. 

Ah... hari yang indah. 

Saya yakin, masing-masing pembaca memiliki cara untuk memperbarui rasa cinta terhadap pasangan, bukan? Kalau belum, segeralah cari aktifitas menyenangkan yang bisa dilakukan bersama pasangan. Romantisme terjaga, rumah tangga bahagia. Semoga selamanya!! Aamiin...


4 komentar:

  1. Bagi-bagi bakso cinta-nya, Mbak. hehe...

    Salam kenal, ditunggu kunjungan baliknya :)

    BalasHapus
  2. mblender dagingnya pakai apa mbak? Blenderan biasa memangnya bisa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa mba... kan dicacah dulu. Sampai jadi kecil-kecil gitu trus diblender.

      :D

      Hapus

Mohon tinggalkan jejak anda di sini ya... :D