11 Maret 2013

Apa Adanya...

Apa adanya...

Kalimat pendek yang terkesan santai dan mengandung muatan yang "biasa saja". Apa adanya...
Tidak ada gregetnya... selain geregetan!

Terima aku 'apa adanya'... sering diucapkan. Termasuk aku.
Terima aku 'apa adanya', aku juga menerimamu 'apa adanya'...

Lama-lama mikirin kata-kata ini, nyatanya memancing sedikit kemelut pada jaringan-jaringan otakku.
Berarti kalau aku menerima dia apa adanya, tidak perlu ada peningkatan kualitas, dong? Skak, seperti apa adanya dia. Begitupun sebaliknya. Aku tidak perlu berubah untuk menjadi yang lebih baik dong? Terima saja aku seperti apa adanya aku. Dari dulu hingga kini untuk selama-lamanya. Aihh...

Kacau juga kalau pengertiannya jadi sesimpel itu.

Mungkin agak sedikit bisa kuterima jika 'apa adanya' itu untuk menyikapi kekurangan yang ada. Tapi kalau kelebihan yang ada juga diblock dengan kalimat 'apa adanya', ya tidak akan ada perkembangannya. Setiap orang memang dikaruniai kekurangan dan kelebihan oleh Allah Subhanahu Wata'aala. Membesar-besarkan dan menggali serta mempermasalahkan kekurangan seseorang memang tidak akan ada habisnya jika dibahas. Malah akan menambah daftar perseteruan, kekeruhan dan berakhir ricuh dan kisruh pada suatu hubungan. Baik hubungan antar masyarakat, tetangga, keluarga, saudara bahkan suami istri. Kekurangan itulah yang kemudian harus dapat diterima dengan legowo, lapang dada, dan 'apa adanya'. Karena setiap orang pasti punya kekurangan yang belum tentu dapat dirubah dengan cara yang instant.

Tapi apakah harus memukul rata semua kekurangan dan kelebihan seseorang untuk diterima 'apa adanya' saja? Tentu tidak, dong!

Kelebihan kalau diterima dengan 'apa adanya' saja, tentu tidak akan ada gunanya. Contoh saja, seseorang yang ternyata memiliki kelebihan dalam bidang masak-memasak. Namun setiap harinya hanya memasak sayur bening dan tumis-tumisan saja. Apakah orang lain bahkan dirinya sendiri, bisa tau kalau ternyata ia juga pandai memasak masakan Padang? Jika tidak diasah dan dikembangkan dan menganut pandangan 'apa adanya' saja. Ya, setiap harinya orang hanya bisa menikmati masakannya yang itu-itu saja.

Pastinya, jika kita menyayangi seseorang, kita pasti ingin orang itu mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Contoh yang paling sederhana. Untuk apa Ibu menyuruh anaknya untuk sekolah? Jawaban umumnya adalah agar anak-anaknya kelak menjadi orang yang pintar, sukses. Setelah lulus SD, Ibu meminta anaknya untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, yaitu SMP. Begitu selanjutnya hingga kuliah Sarjana, pasca sarjana dan ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Untuk apa? Agar tidak menjadi 'apa adanya', bukan?! Agar kelebihan yang dimiliki anaknya bisa lebih dan lebih terasah lagi.

Jadi jangan lantas merasa sakit hati jika ada orang yang memberikan saran semacam: "Jeng, jahitanmu bagus juga. Tapi bakal lebih ciamik lagi deh kalau lebih rapi dari ini. Terus modelnya lebih divariasi lagi..."
Sebab, itu artinya orang tersebut ingin kita lebih maju lagi. Bisa terus mengembangkan kemampuan aka kelebihan yang kita miliki.

Sejatinya manusia harus terus belajar. Harus terus mengasah kemampuan. Wajarlah kalau ada yang berkata... "Tuntutlah ilmu, dari dalam buaian hingga hari kematian."

Jangan mau menjadi 'apa adanya' saja! Tapi jadilah yang 'lebih dari adanya'. Sebab dengan begitu, pasti akan ada lebih banyak manfaat yang bisa kita bagi ke orang lain. Akan ada  lebih banyak kebahagiaan yang bisa kita tawarkan kepada orang lain. Dan kita akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih banyak pula.

Jangan stop, teruslah melangkah!! Jangan berhenti bergerak. Sampai nanti, waktunya kita benar-benar beristirahat.







0 komentar:

Posting Komentar

Mohon tinggalkan jejak anda di sini ya... :D