Aku ditakdirkan untuk tumbuh besar dengannya. Aku tau detil perkembangan kehidupannya. Aku tau apa makanan kesukaannya, bahkan aku tau kebiasaan buruknya. Aku telah hafal air mukanya yang selalu berubah jika ia marah, malu, bosan, dan juga sedang berbunga-bunga. Bahkan aku tau kalau ia tak tau aku memperhatikannya sedari dulu. Bagaimana tidak?! Umurku dan dia hanya berjarak 5 tahun, dengan jarak rumah tak lebih dari sepuluh langkah. Ibuku sering menitipkan aku di rumahnya, begitupun sebaliknya. Kini, ia sudah menjelma menjadi bidadari. Bidadari yang kupuja.
“Bang, ntar sore ada acara nggak?” katamu dengan suara yang sangat kuhafal. Bahkan ketika aku tengah terlelap.
“Emangnya kenapa?”
“Temenin dong. Ntar malem tuh ada pensi di SMA tetangga. Mama pasti nggak ngizinin kalau nggak ada temennya.”
“Lha, temen kamu ‘kan banyak!” sanggahku. Jual mahal untuk menutupi kegiranganku.
“Iya!! Tapi mana mama percaya sama mereka. Ayolah bang! Ntar Nasya kenalin deh sama temen-temen Nasya. Tapi ntar di sana kita pisahan ya, Bang. Soalnya Nasya lagi pedekate nih!”
Degg,,, jantungku seakan di remas dengan begitu kuatnya.
“Pedekate mah pedekate aja. Kenapa jadi ajak-ajak Abang! Bikin ribet aja deh!” aku mulai tersulut emosi.
“Abang jahat!! Pokoknya ntar kalau Nasya keluar 1 jam lagi, Abang masih nggak mau juga nemenin Nasya, kita musuhan! “ ancamnya.
Bagaimana bisa aku menolaknya? Sedangkan melihatnya pergi sekolah tanpa pengantar saja membuatku rela bolos kuliah hanya untuk memastikannya selamat sampai sekolahnya. Ia begitu special untukku!
***
Ah!! Rasanya ingin kuhajar laki-laki itu. Beraninya menggenggam jemari bidadariku. Di depan mataku pula. Dia pikir dia lebih baik daripada aku? Aku yang lebih pantas untuknya. Aku menjaganya semaksimal mungkin. Aku memikirkan keselamatannya, kesehatannya, bahkan melebihi diriku sendiri. Lalu oranglain, atas dasar pedekate saja sudah berani pegang-pegang!
“Bang, kenalin…” suara Nasya tak lagi kuhiraukan. Aku berjalan saja. Melangkah untuk menjauh darinya dan dari keramaian yang ada. Aku ingin menyembunyikan semua rasaku untuknya. Tapi tak bisa. Ini sudah terlanjur dalam. Sekalipun kunyatakan, aku takut malah membuatnya jauh. Aku takut ia tak lagi nyaman. Aku takut tak bisa lagi melihat senyumnya, tawanya, dan marahnya yang seringkali malah membuat aku semakin mengaguminya. Lebih dari sekedar suka, lebih dari sekedar sayang!
Aku yakin, suatu saat nanti cintaku akan menemukan jalannya sendiri. Aku akan tetap berada di sudutku. Menunggu waktu!
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon tinggalkan jejak anda di sini ya... :D