13 Maret 2013

Tips Memotong Kuku Anak

Kata 'Memotong Kuku' kedengarannya memang sangat sepele. Hanya sekedar memotong kuku. Tidak ada istimewanya. Ya, bagi sebagian orang memang begitu adanya. Tapi bagi para orang tua terkhususnya bagi kaum ibu, memotong kuku anak adalah agenda wajib yang tidak boleh terlewatkan. Mengapa? Berikut ulasannya...

Di dalam ajaran agama islam, memotong kuku bahkan telah diatur sedemikian rupa. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Rasulullah: “Ada lima macam fitrah, yaitu : khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (HR. Muslim no. 258)
Ternyata, hal ini juga dapat dibuktikan dalam ilmu kesehatan, lho. Tidak percaya? Mari kita telusuri... :D

Mikroba Patogen merupakan salah satu perantara dalam siklus penyebaran penyakit, terutama penyakit pencernaan dan penyakit mata. Mikroba ini dapat hidup di kuku kita. Jika kuku kita panjang dan tidak dipotong, maka itu artinya mikroba tersebut akan tinggal dengan nyaman di sana. Apalagi jika kita tidak menjaga kebiasaan baik seperti mencuci tangan. Wah, bakalan tambah betal tuh mikroba patogennya. Jadi jangan salahin mikrobanya kalau ternyata dia yang jadi penyebab mengapa kita terkena penyakit pencernaan ataupun penyakit mata. Kuku yang kotor juga menyimpan banyak kuman dan bakteri yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dikonsumsi. Jika tangan dan kuku kita kotor lalu kita berjabat tangan dengan orang lain, bukan tidak mungkin jika orang tersebut terkena penyakit karena bakteri yang berasal dari kuku kita, lho. Selain itu, jika kuku kita panjang, kita juga akan susah melakukan aktifitas kita. Bagi yang tidak terbiasa, hal ini akan sangat terasa akibatnya.

Pada anak, kuku panjang tentu akan menimbulkan banyak resiko yang tidak baik. Apalagi bagi anak usia 5 bulan ke atas. Mereka sudah mulai bermain dengan tangannya. Sedikit-sedikit memasukkan tangan ke dalam mulut. Bayangkan jika kukunya panjang dan kotoran-kotoran mudah bersarang pada kukunya. Lalu kotoran itu bertransmigrasi ke mulutnya dan masuk ke dalam tubuhnya dengan sangat mudah. Jika kekebalan tubuh anak tidak kuat, hal ini pasti akan berpengaruh pada kesehatannya. Belum lagi jika anak menggaruk bagian tubuhnya. Wah, bisa dipastikan, kuku panjangnya dapat dengan mudah melukai bagian tubuhnya itu.

Namun, memotong kuku ini nyatanya dapat menimbulkan masalah tersendiri bagi para ibu. Si kecil yang sudah mulai aktif bergerak, tidak mau diam, pasti membuat adegan 'memotong kuku' menjadi lebih berwarna.

Seperti pengalaman saya ketika jadwal 'memotong kuku' Aqilah, tiba. Sangat terasa sekali tantangannya ketika Aqilah mulai berumur 5 bulan. Saat ia mulai aktif-aktifnya bergerak. Rasa takut dan gemas jelas muncul dalam benak saya. Takut jarinya terluka. Tidak tega melihatnya menangis, meraung-raung karena tidak suka saya mengganggu aktifitasnya. Sebagai 'ibu baru' yang belum berpengalaman, jauh dari orangtua dan mertua, jadilah pengalaman ini menuntun saya untuk lebih kreatif. Mencari alternatif agar kegiatan 'memotong kuku' menjadi kegiatan yang menyenangkan. Baik untuk saya, maupun untuk Aqilah. Sehingga saya tidak perlu 'berkeringat' hanya untuk menenangkannya, kejar-kejaran, mendekapnya dengan kekuatan ekstra. Apalagi harus meminta bantuan suami untuk memegangi tangan atau kakinya yang kukunya hendak saya potong. Wah, dramatis sekali kelihatannya. Tapi saya rasa, ini tidak hanya dialami oleh saya. Sebab beberapa teman yang saya ajak ngobrol tentang ini juga mengalami hal yang sama. Bahkan sampai anaknya berumur 3 tahun.

Sedikit tips dari saya:

1. Siapkan potongan kuku atau gunting kuku yang sudah ibu bersihkan sebelumnya. Jangan sampai, niatan ibu untuk membersihkan kuku anak dan menjauhkannya dari penyakit, malah menjadi sarana penyebaran penyakit. Pastikan potongan kuku atau gunting kuku yang akan ibu gunakan tidak karatan. Sebab hal ini sangat beresiko menimbulkan bahaya jika sewaktu-waktu, jari si buah hati terluka karenanya.

2. Ketika hendak memotong kuku anak, pastikan ia agar merasa berada dalam suasana yang nyaman dan akrab. Memastikannya bahwa ia bukan dalam kondisi yang terancam. Jadi, ibu tidak perlu memasang tampang seram agar anak menurut, ya. Sebab, kondisi itu justru akan membuatnya semakin meronta-ronta bahkan beralih menjauhi ibu.

3. Ajak anak bermain terlebih dahulu. Sebutlah kegiatan ini adalah kegiatan pemanasan. Mengapa harus ada kegiatan pemanasan ini? Jawaban saya, agar kegiatan ini sekaligus menjadi kegiatan pembelajaran untuk anak. Agar anak diajarkan untuk menjaga kebersihan dirinya sejak dini.

4. Ajak anak bernyanyi atau bermain dengan tema 'jari tangan atau jari kaki'. Kalau pengalaman saya, Aqilah biasanya saya ajak bermain tepuk tangan sambil bernyanyi: "Tepuk tepuk tangan suka suka..." seperti itu. Lalu lakukan variasi tertentu. Seperti: "Ini jari kananku... Ini jari kiriku..."

 5. Biasakan memotong kuku anak sesuai dengan urutan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Hal ini juga akan membuat anak terbiasa hingga besar nanti. Jangan lupa, ajak anak untuk mengucapkan Basmallah. Ibu bisa membantu anak untuk menuntunkannya dan juga mengajak anak untuk melafalkannya bersama ibu.




6. Buatlah sebuah variasi selama memotong kuku. Tentunya variasi untuk membuat suasana menjadi menyenangkan. Kalau pengalaman saya, biasanya saya membuat variasi bunyi setiap kali memotong bagian demi bagian kuku Aqilah. Misalnya setiap kali memotong satu bagian, saya barengi dengan bunyi kambing : "Mbeek... Mbeek..." Otomatis perhatian Aqilah akan terpusat pada bunyi tersebut. Saya akan kembali mengeluarkan bunyi tersebut pada bagian selanjutnya. Jadi, saya hanya mengeluarkan bunyi ketika saya bergerak memotong kukunya. Jika tidak sedang memotong kukunya, saya tidak mengeluarkan bunyi tersebut. Seperti yang sudah-sudah sih, Aqilah akan ikut menikmati kegiatan 'memotong kuku' dengan diiringi bunyi-bunyian itu.

7. Jika kegiatan memotong kuku telah selesai, berikan kalimat motivasi yang baik untuk anak. Biasanya saya berkata seperti ini: "Wah... Aqilah hebat, pintar, anak sholihah. Coba lihat kukunya. Sudah bersih 'kan!!"

8. Ajak anak mengucapkan hamdalah. Misalnya: "Sekarang, memotong kukunya sudah selesai. Bilang apa? Alhamduuu...lillaahh."

9. Kegiatannya belum selesai... Ajak anak kembali bermain seperti ketika kegiatan pemanasan. Kalau dalam olahraga, kegiatan ini disebut kegiatan 'pendinginan'. Mengapa harus demikian? Menurut hemat saya, kegiatan pendinginan ini sangat bermanfaat untuk kesinambungan kegiatan 'memotong kuku' selanjutnya.

Jika ibu melakukan kegiatan ini dengan senang dan kreatif, pasti anak juga akan merasakan hal yang sama. Tidak perlu lagi takut memotong kuku dan ibu juga dapat meminimalisir resiko luka pada jari anak. Sebab, jika anak merasa nyaman dan senang, ia akan dengan legowo menyerahkan kukunya untuk ibu potong. Jadi, ibu tidak perlu mengeluarkan keringat berlebih untuk kegiatan ini.

Selamat mencoba, ya bu. Semoga bermanfaat... :D





0 komentar:

Posting Komentar

Mohon tinggalkan jejak anda di sini ya... :D